Reporter: Rilanda Virasma | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Anak usaha PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT Indominco Mandiri (IMM), akan mendiversifikasi bisnisnya ke produksi semi coke atau semi kokas.
Hal ini dilakukan sekaligus sebagai tiket untuk memperpanjang kontrak pertambangan-nya di wilayah Kalimantan Timur.
Sebelumnya, masa kontrak perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara (PKB2B) IMM yang mulai berproduksi secara komersial pada tahun 1997 ini bakal berakhir pada 2028 mendatang.
Rencananya, perusahaan akan memperpanjang sekaligus memperbarui kontrak pertambangan-nya dari PKB2B menjadi izin usaha pertambangan khusus (IUPK).
Baca Juga: Anak Usaha ITMG Ini Bidik Produksi Batubara 7,30 Juta Ton di 2025
Untuk merealisasikannya, Kepala Teknik Tambang PT Indominco Mandiri, Eddy Susanto mengatakan, pihaknya tengah melakukan studi terkait produksi semi coke atau batubara berkualitas tinggi.
“Semi coke ini secara teknologi sudah proven dan secara investment juga lebih murah. Terus next process-nya juga untuk karbon aktif dan sebagainya itu terbuka lebar,” jelas Eddy saat ditemui Kontan, Rabu (25/9/2025).
Semicoke kerap digunakan untuk bahan baku dalam industri kimia, peleburan logam, dan dalam proses gasifikasi. Komodits jnj juga bisa menggantikan kokas (coke) pada beberapa aplikasi metalurgi dan berfungsi sebagai bahan baku untuk produk seperti kalsium karbida dan ferromangan.
Dengan karakterisitik-nya yang unik, semicoke juga bisa jadi bakar dalam produksi baja dan industri terkait lainnya, lantaran abu, sulfur, dan fosfornya rendah, sementara karbon tetapnya tinggi.
Selain proyek itu, IMM juga sebelumnya sudah melakukan studi terhadap gasifikasi batubara atau underground coal gasification (UCG). Diberitakan sebelumnya pada 2023, proyek yang ditaksir bernilai investasi sekitar US$ 200 juta ini ditargetkan dapat beroperasi secara komersial tahun ini. PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) disebut sebagai pelanggan potensial.
Sayangnya, Eddy bilang produk ini masih perlu penelitian lebih lanjut. Wajar saja, produksi komoditas semacam ini belum pernah ada di Indonesia sebelumnya. Di Uzbekistan dan Australia pun, kata Eddy, skala produksinya masih minim dan belum dapat dijadikan acuan.
Mengingat tingginya nilai investasi, namun teknologinya belum mumpuni, IMM pun sementara menunda studi terhadap kemungkinan produksi komoditas ini.
“Diperparah lagi dengan kondisi bahwa ternyata tadinya potential customer ini kan kita harapkan PKT, ternyata mereka menemukan sumber baru yang melimpah dan itu bisa dipastikan dengan biaya yang lebih murah,” terang Eddy.
Dus dalam beberapa waktu ke depan, IMM akan lebih fokus untuk mengembangkan studinya terkait produksi semi coke. “Jadi UCG ini kita freeze dulu. Bukan disuntik mati ya, di-freeze dulu kita beralih ke semicox,” ujar Eddy.
Target Eddy, produksi semicoke bisa dilakukan di 10 tahun pertama pasca perpanjangan IUPK terealisasi.
Selanjutnya: HSBC Uji Coba Komputasi Kuantum untuk Perdagangan Obligasi, Hasilnya Menjanjikan
Menarik Dibaca: Van Dijk Siap Hengkang, Vinícius Junior Didekati Klub Premier League
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News