Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dina Hutauruk
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Kimia Farma Tbk (KAEF) melalui anak usahanya, PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia (KFSP), berupaya menekan impor bahan baku obat (BBO) guna mendukung program pemerintah dalam mencapai ketahanan industri farmasi nasional.
Sepanjang tahun 2022, KFSP telah berhasil memproduksi 13 jenis BBO. "Melalui anak usahanya, KFSP mengembangkan bahan baku obat sesuai prioritas kebutuhan nasional," kata David Utama Direktur Utama Kimia Farma dalam keterangan resminya, Jumat (17/2).
Dia berharap Kimia Farma dapat ikut berperan dalam menurunkan jumlah impor BBO atau Active Pharmaceutical Ingredients (API) di Indonesia, serta dapat terus mengoptimalisasi penggunaan BBO dalam negeri.
Sementara Direktur Utama KFSP Pamian Siregar menjelaskan, 13 item BBO yang diproduksi tahun lalu terdiri dari simvastatin, atorvastatin, rosuvastatin, clopidogrel, entecavir, remdesivir, tenofovir, lamivudine, zidovudine, efavirenz, attapulgite, iodium povidone dan amlodipine.
Dia menambahkan, komitmen perseroan dalam menciptakan produk bahan baku obat dalam negeri sangat tinggi. Hal ini sejalan dengan fasilitas produksi KFSP yang telah memperoleh sertifikat Cara Pembuatan Bahan Baku Aktif Obat yang Baik dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan sertifikat Halal dari Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH).
Sejalan dengan upaya itu, KFSP meraih penghargaan sebagai industri farmasi yang berpartisipasi aktif dalam mewujudkan kemandirian bahan baku obat nasional dari BPOM.
Hingga kuartal III 2022, PT Kimia Farma Tbk telah mencatatkan penjualan sebesar Rp 9,4 triliun. Jika dirinci, penjualan lokal perusahaan kepada pihak ketiga lokal Rp 8,4 triliun Diikuti oleh pihak berelasi menjadi Rp 811 miliar. Lalu penjualan luar negeri sebesar Rp 81 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News