CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.527.000   14.000   0,93%
  • USD/IDR 15.675   65,00   0,41%
  • IDX 7.287   43,33   0,60%
  • KOMPAS100 1.121   3,73   0,33%
  • LQ45 884   -2,86   -0,32%
  • ISSI 222   1,85   0,84%
  • IDX30 455   -2,30   -0,50%
  • IDXHIDIV20 549   -4,66   -0,84%
  • IDX80 128   0,06   0,05%
  • IDXV30 138   -1,30   -0,94%
  • IDXQ30 152   -0,90   -0,59%

Anggaran ESDM paling besar, tapi penyerapan rendah


Senin, 15 September 2014 / 14:25 WIB
Anggaran ESDM paling besar, tapi penyerapan rendah
ILUSTRASI. Film horor Ghost Writer dan beberapa rekomendasi film horor komedi penuh hiburan yang bisa ditonton di Netflix.


Sumber: Kompas.com | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menjadi salah satu kementerian yang memperoleh anggaran paling besar dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2014 yakni sebesar Rp 16,3 triliun. Namun, besarnya anggaran itu ternyata tidak disertai dengan tingkat penyerapan yang baik.

"Kementerian ESDM salah satu kementerian yang paling banyak anggarannya tapi rendah penyerapannya. Selain itu, Kementerian PDT itu juga paling rendah penyerapannya tapi anggaranya tidak setinggi ESDM," kata Kepala UKP4 Kuntoro Mangkusubroto, dalam pembukaan Rapat Pembekalan Instrumen Tata Kelola Keuangan serta Inisiatif Perbaikan Tata Kelola Hutan dan Lahan, Jakarta, Senin (15/9).

Kuntoro mengatakan, sisa anggaran Kementerian ESDM untuk semester I tahun anggaran 2014 masih mencapai Rp 15 triliun. "Jadi hanya terpakai sekitar 7,5% dari total seluruh anggarannya," ujarnya.

Kementerian ESDM dinilai UKP4 sebagai kementerian yang berkinerja rendah. Rapor merah bagi kementerian itu, kata Kuntoro, sudah terjadi dalam dua tahun terakhir ini.

Dari sisi realisasi belanja, Kementerian ESDM juga masih sangat jauh dibandingkan rata-rata realisasi belanja nasional di kementerian dan lembaga yang mencapai 28%.

Wakil Menteri Keuangan, Anny Ratnawaty menjelaskan, rendahnya penyerapan di Kementerian ESDM lantaran banyak terjadi perencanaan program yang tidak matang. "Perencanaan yang tidak matang menyebabkan penyerapan rendah," kata dia.

Kuntoro menambahkan, perencanaan program di Kementerian ESDM seperti anggaran transmisi tegangan tinggi di Jawa Tengah dan juga pembangkit listrik tenaga mikro hydro di Papua. Untuk program di Jawa Tengah, Kuntoro menilai, pemasangan transmisi tidak jelas sehingga menyebabkan kekisruhan pemilik tanah.

"Sementara untuk program di Papua, serapannya sangat rendah karena  rencana PLT kan seharusnya dilakukan  survei mendalam. Kalau cara penatapan seperti ini, sangat sulit berikan serapan tinggi," ungkap Kuntoro.  (Sabrina Asril)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×