Reporter: Juwita Aldiani | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. PT Pertamina (Persero) membantah ikut andil dalam kelangkaan pasokan bahan bakar minyak (BBM), khususnya premium dan solar yang terjadi di beberapa daerah pasca penurunan harga BBM. Setelah pemerintah resmi mengumumkan penurunan harga BBM pada 5 Januari kemarin, banyak stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di wilayah Jakarta dan sekitarnya mengalami kelangkaan pasokan. Antara lain, SPBU di Jatibening, Batu Sari, Kemanggisan, dan Cideng mengalami kekosongan.
Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro mengatakan, stok premium sudah dilebihkan. “Untuk Jawa bagian barat termasuk DKI Jakarta, stok premium diitambah menjadi 248.000 kiloliter (KL) per hari dan solar 226.000 KL per hari,” ujar Wianda kepada KONTAN, Rabu (6/1).
Wianda menambahkan, Pertamina aktif menyalurkan pasokan BBM melalui mobil tangki. Jika terjadi kelangkaan BBM di beberapa SPBU, kata Wianda, itu bukan karena keterlambatan pengiriman dari Pertamina, tapi dari kalangan pengusaha SPBU.
“Kami sudah salurkan terus pasokan. Jadi, kami minta para pengusaha SPBU segera bereskan administrasi agar bisa kami pasok ke SPBU,” terang Wianda.
Wianda juga memastikan, kelangkaan BBM bukan disebabkan adanya kegiatan penimbunan stok. Dia berdalih, semua stok terminal BBM telah dipenuhi, termasuk BBM jenis subsidi dan non subsidi. “Untuk wilayah Jawa bagian barat, stok Pertamax mencapai 55.680 KL per hari,” ungkap Wianda.
Menurut Wianda, pasca penurunan harga BBM, konsumsi premium di Jawa bagian barat hanya naik 3% dan solar 1%. Sampai saat ini, Wianda mengklaim, stok BBM nasional coveragenya sangat tinggi, yaitu mencapai 20 hari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News