kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45891,58   -16,96   -1.87%
  • EMAS1.358.000 -0,37%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Antisipasi krisis pangan, KTNA dorong pemaksimalan produksi pangan lokal


Kamis, 24 September 2020 / 11:48 WIB
Antisipasi krisis pangan, KTNA dorong pemaksimalan produksi pangan lokal
ILUSTRASI.


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Kelompok Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Nasional berkomitmen memaksimalkan produksi pangan lokal. Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya krisis pangan dunia seperti sudah diperingatkan Badan Pangan dan Pertanian Dunia (FAO)beberapa bulan lalu.  

Komitmen tersebut juga disampaikan bertepatan denga peringatan hari ualgn tahun KTNA yang ke-49. Dalam perayaan hai jadi ini, KTNA mengangkat tema Memaksimalkan Pangan Lokal.  

Untuk mewujudkan komitmen tersebut, KTNA bekerjasama dengan Kementerian Pertanian (Kementan) dan pemerintah daerah untuk mengembangkan pangan lokal.

Sejauh ini, Kementan tengah melakukan peningkatan produk pangan lokal dan mendukung gerakan diversifikasi pangan non beras.

Baca Juga: KNTA: Jagung dan beras sebaiknya jangan impor

Saat ini, KTNA mencatat, Indonesia memiliki 77 jenis pangan sumber karbohidrat, 75 jenis pangan sumber protein, 110 jenis rempah dan bumbu, 389 jenis buah-buahan, 228 jenis sayuran, 26 jenis kacang-kacangan, dan 40 jenis bahan minuman. Jenis pangan  ini potensial untuk dikembangkan.

Sejalan dengan itu, Kementan juga tengah berusaha menekan ketergantungan pada beras sebagai pangan pokok.  Kementan menargetkan dalam lima tahun ke depan berkomitmen menurunkan konsumsi beras nasional 7%.

Pada 2020 rata-rata konsumsi beras ditargetkan turun ke posisi 92,9 juta per kilogram (kg) per kapita per tahun dari posisi tahun 2019 sebesar 94,9 per kg per kapita per tahun. Pada 2024 diharapkan konsumsi beras sudah turun 7% ke level 85 per kg per kapita per tahun.

Mengutip keterangan tertulis KTNA, Rabu (23/9) beberapa pangan lokal yang potensial untuk dimaksimalkan produksinya.

Pertama, Sorgum. Tanaman merupakan tanaman dari keluarga rumput-rumputan yang diperkirakan berasal dari daerah tropis Afrika.  Tanaman ini telah tumbuh di Indonesia tapi belum dimaksimalkan. Nah dengan program diversifikasi pangan, tanaman sorgum ini diharapkan dapat dimaksimalkan produksinya.

Baca Juga: KTNA minta industri pakan membina petani jagung

Kedua, sagu. Tanaman ini adalah tepung atau olahan yang diperoleh dari pemrosesan teras batang rumbia. Indonesia memiliki potensi  tanaman sagu terbesar di dunia. 

Lebih dari 85% total areal sagu dunia atau seluas 5,5 juta hektar berada di Indonesia terutama di Papua dan Papua Barat. Kedua provinsi ini merupakan daerah yang paling potensial, karena hanya perlu melakukan pemanenan dan penataan menjadi kebun sagu.

Sebaran sagu di Indonesia yaitu di Maluku 60.000 Ha, Sulawesi 30.000 Ha, Kalimantan 20.000 Ha, Sumatera 30.000 Ha, Kepulauan Riau 20.000 Ha, Kepulauan Mentawai 10.000 Ha, Papua  seluas  4. 749 424 Ha, dan Papua Barat 510 213 Ha serta daerah lainnya 150.000 Ha.

Ketiga, jagung. Pemaksimalan produksi tanaman jagung juga bisa menjadi pengganti beras. Jagung selama ini digunakan untuk pakan ternak, tepung jagung, minyak jagung, jagung muda. Bahkan batang jagung dapat digunakan untuk membuat pulp, kertas dan bahan bakar.

Baca Juga: Kasus beras plastik, masyarakat pilih beras lokal

Keempat, ubi jalar.  anaman ini juga dapat digunakan sebagai bahan pangan dan cocok dikembangkan di dataran tinggi seperti di Papua dan di tanam pada ketinggian di atas 1.500 meter di atas permukaan laut.

Kelima, ubi kayu atau singkong. Singkong telah menjadi salah satu kudapan yang banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia. Ubi kayu ini telah menjadi pangan pokok alternatif selain beras dan jagung.

Kelima, sukun. Sukun merupakan jenis pangan alternatif, subsitusi beras. Kandungan karbohidrat dari 100 gram sukun sama dengan sepertiga karbohidrat beras. Apabila buah sukun tersebut diolah menjadi tepung sukun maka kandungan karbohidratnya menjadi setara dengan beras, hanya jumlah kalorinya yang sedikit lebih rendah.

Selanjutnya: Food estate mulai digarap Oktober seluas 30.000 ha dari total 1,4 juta ha

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×