kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Apac Citra mendamba perhatian seperti di China


Sabtu, 06 Desember 2014 / 08:05 WIB
Apac Citra mendamba perhatian seperti di China
ILUSTRASI. 5 Minuman yang Bisa Memperlambat Penuaan Dini, Apa Saja?


Reporter: Widyanto Purnomo | Editor: Anastasia Lilin Yuliantina

JAKARTA. Serbuan produk China ke dalam negeri sepertinya menjadi keluhan klasik para pelaku usaha. PT Apac Citra Centertex Tbk termasuk yang mengeluhkan hal itu. Tak cuma mengeluh, produsen benang itu sekaligus iri dengan kebijakan yang diambil pemerintah China. 

Anas Bahfen, Direktur Apac Citra Centertex menyebutkan soal  program nasional China untuk mengembangkan industri tekstil sejak tahun 2000.   Pertimbangan pemerintah negeri Panda membikin kebijakan tersebut karena sektor tekstil menyerap banyak tenaga kerja. "Berupa bantuan pengadaan mesin baru bagi pelaku industri tekstil oleh pemerintah," beber Anas kepada KONTAN, Jumat (5/12).

Selain itu, pelaku usaha tekstil di China juga menikmati suku bunga pinjaman perbankan yang lebih rendah dari Indonesia. Tak heran, harga jual produk tekstil China bisa lebih murah dari produk lokal.

Sekadar informasi, suku bunga acuan China saat ini adalah 5,6%. Sementara suku bunga acuan Bank Indonesia adalah 7,75%.

Tak cuma tantangan China, perusahaan yang tercatat dengan kode MYTX di Bursa Efek Indonesia itu juga mengaku terpapar tiga risiko lain. Pertama, penurunan harga benang internasional.

Kedua, penambahan beban operasional karena kenaikan tarif dasar listrik (TDL) dan upah karyawan. "Kenaikan upah 15% cukup membebani kami," kata Anas.

Ketiga, bahan baku benang   yang masih impor. Antara lain kapas, polyester dan serat rayon.

Dus, Apac menuding berbagai tantangan itu menjadi biang keladi kinerja sembilan bulan tahun ini terpuruk. Catatan rugi bersih perusahaan itu membengkak. Pada September 2014, rugi bersih tercatat Rp 102,27 miliar. Kerugian itu melonjak 934,07% dari kerugian September 2013 yakni Rp 9,89 miliar.

Meski begitu, di tengah pil pahit yang harus ditelan, perusahaan itu masih merasa beruntung lantaran mayoritas pendapatan berupa penjualan ekspor. Porsinya 55%-60% terhadap total pendapatan. Ada 75 tujuan negara ekspor sasaran perusahaan itu.

Hal itulah yang menyebabkan Apac masih bisa menorehkan pertumbuhan  penjualan 16,22% menjadi Rp 1,58 triliun. Selain kenaikan kurs, kenaikan volume penjualan juga turut menunjang angka penjualan Apac. Oleh karenanya, Apac masih optimistis memenuhi target pendapatan tahun ini yakni Rp 2 triliun.

Sementara tentang target pendapatan tahun depan, manajemen perusahaan masih menghitungnya. “Di 2015 kami akan fokus dulu untuk maintenance bisnis kami dan mengoptimalkan yang ada,” ujar Anas.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×