Reporter: Vina Elvira | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten manufaktur kosmetik, PT Victoria Care Indonesia Tbk (VICI) berhasil meraih kinerja positif di awal tahun 2024. Pencapaian ini berhasil diraih di tengah berbagai kendala yang dihadapi di tahun ini.
Direktur Utama Victoria Care Indonesia Billy Hartono Salim mengatakan, VICI berhasil mencatatkan pertumbuhan dua digit dengan perolehan pendapatan sebesar Rp 338,5 miliar atau meningkat 14,6% year on year (YoY) dibandingkan raihan pada periode yang sama tahun sebelumnya Rp 295,4 miliar.
“Tak berhenti sampai di situ, laba bersih VICI juga tercatat tumbuh 20% YoY, dari Rp39,2 miliar di 2023 menjadi Rp47,1 miliar di 2024,” ungkap Billy, kepada Kontan.co.id, Jumat (3/5) lalu.
Selain mencatatkan pertumbuhan dua digit, profitabilitas VICI di sepanjang kuartal pertama tahun ini juga menunjukkan posisi keuangan yang solid.
Baca Juga: Kalbe Farma (KLBF) Targetkan Laba Bersih Naik Hingga 15% di 2024
Gross profit margin VICI berada di 55,3% sedangkan net income margin perseroan berada di 13,9%. Pencapaian ini menunjukkan komitmen perusahaan dalam mengejar pertumbuhan dan di saat yang sama menjaga kesehatan keuangan VICI.
Billy menerangkan, keberhasilan VICI dalam menjaga performa positif di sepanjang kuartal I-2024 ini tidak terlepas dari kejelian VICI dalam menjalankan strategi pemasaran yang tepat.
Selain itu, VICI juga terus memperkuat kehadirannya di platform digital dan mengoptimalkan momentum kembalinya TikTok Shop di Indonesia yang sudah mulai beroperasi kembali sejak Desember 2023 untuk menjangkau lebih banyak calon konsumen Perseroan.
Pada saat yang sama, kinerja bisnis VICI di awal tahun ini juga diderai oleh beberapa tantangan, salah satunya kondisi penguatan dolar Amerika serikat (AS) atas rupiah yang berpengaruh ke banyak hal, seperti meningkatnya harga bahan baku dan bahan kemas.
Baca Juga: Pendapatan Naik Tipis, Laba Semen Baturaja (SMBR) Merosot di Kuartal I-2024
Terkait hal tersebut, Manajemen VICI sudah menyiapkan langkah-langkah untuk mengantisipasi dampak penguatan dolar terhadap harga-harga bahan baku dan bahan kemas.
“Dalam perjalanan panjang Perseroan, bukan kali ini saja berhadapan dengan pelemahan rupiah dan kenaikan biaya produksi dan Perseroan selalu menemukan cara untuk tetap menjaga pertumbuhan,” imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News