Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri peralatan listrik melirik peluang pertumbuhan permintaan dari Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) Tahun 2025-2034. Tak hanya dari domestik, produsen peralatan listrik juga membidik potensi dari pasar ekspor.
Ketua Umum Asosiasi Produsen Peralatan Listrik Indonesia (APPI) Yohanes P. Widjaja mengungkapkan kondisi industri peralatan listrik pada semester II-2025 menunjukkan perbaikan. Di dalam negeri, penopangnya adalah proyek kelistrikan yang dilaksanakan oleh PT PLN (Persero) maupun swasta, terutama pasca rilis RUPTL 2025–2034 pada 26 Mei 2025.
Produk peralatan listrik yang mengalami kenaikan permintaan antara lain komponen untuk penambahan jaringan distribusi seperti kabel, trafo, tiang, serta aksesoris saluran udara jaringan distribusi. "Ada permintaan tambahan dibandingkan dengan semester I-2025 sekitar 10% - 15%, utamanya dari proyek PLN," ungkap Yohanes saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (10/9/2025).
Baca Juga: Menanti Dorongan Investasi Pembangkit Listrik Hijau lewat Pengesahan RUU EBET
Yohanes memberikan gambaran, PLN menjadi pasar terbesar bagi industri peralatan listrik di dalam negeri, dengan porsi sekitar 60% - 65%. Sementara itu, kontribusi pasar swasta dan ritel mencapai sekitar 35% - 40%.
Peluang lainnya datang dari pemasangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap yang semakin ramai, baik untuk keperluan rumah tangga maupun di pabrik. Yohanes berharap tren penggunaan PLTS Atap bisa turut mendongkrak industri peralatan listrik lokal, terutama pada kabel dan produk aksesoris untuk kelengkapan pemasangan.
Menurut catatan APPI, penjualan produk peralatan listrik masih dominan terserap oleh pasar dalam negeri, dengan porsi sebesar 85% - 90%. Sedangkan pasar ekspor berkontribusi antara 10% - 15%.
Dari jumlah tersebut, pasar Amerika Serikat (AS) berkontribusi cukup besar, mencapai lebih dari 35% terhadap total ekspor, terutama untuk produk transformator. Dus, kepastian tarif resiprokal bakal berpengaruh terhadap kinerja ekspor industri peralatan listrik.
"Setelah adanya ketetapan tarif impor AS menyebabkan para buyer dari sana sudah dapat menghitung biaya impor yang tepat, sehingga mulai kembali menaruh order produk-produk kelistrikan untuk pasar AS," imbuh Yohanes.
Baca Juga: Harga BYD-Aion-Vinfast-Geely-GWM Ora-Xpeng September 2025 Sebelum Insentif Berakhir
Selain AS, Yohanes mengatakan bahwa pasar ekspor industri peralatan listrik menyasar kawasan Asia. Meliputi Asia Tenggara terutama Malaysia, Singapura, Timor Leste dan Myanmar, serta Timur Tengah seperti Arab Suadi, Yordania dan Yaman.
Yohanes menyoroti pentingnya stabilitas geo-politik dan makro ekonomi terhadap kinerja industri peralatan listrik. Termasuk kondisi sosial, politik dan ekonomi yang kondusif di dalam negeri, lantaran bakal berdampak terhadap aktivitas bisnis maupun keberlangsungan proyek dari pemerintah maupun swasta.
"Kondisi tersebut akan sangat berimplikasi pada investasi yang masuk. Khususnya investor asing yang sangat butuh stabilitas hukum, politik dan ekonomi. Ketidakstabilan pada akhirnya akan mengganggu kegiatan ekonomi," tandas Yohanes.
Selanjutnya: Australia Hadapi Risiko Iklim yang Kian Kompleks dan Tumpang Tindih
Menarik Dibaca: IHSG di Fase Bullish Consolidation, Ini Rekomendasi Saham Mirae Sekuritas (15/9)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News