kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.440.000   -4.000   -0,28%
  • USD/IDR 15.339   1,00   0,01%
  • IDX 7.829   -2,64   -0,03%
  • KOMPAS100 1.196   2,88   0,24%
  • LQ45 970   3,33   0,34%
  • ISSI 228   0,02   0,01%
  • IDX30 495   1,66   0,34%
  • IDXHIDIV20 597   3,35   0,56%
  • IDX80 136   0,44   0,33%
  • IDXV30 140   0,56   0,40%
  • IDXQ30 166   1,10   0,67%

Asa Transmigran Lamongan Menyulap Tanah Kalimantan Timur Jadi Penghasil Kopi Liberika


Senin, 16 September 2024 / 13:27 WIB
Asa Transmigran Lamongan Menyulap Tanah Kalimantan Timur Jadi Penghasil Kopi Liberika
ILUSTRASI. Foto Badan Berita 3 (Rindoni dengan perwakilan PT PHKT DOBU) (FEATURE) Liberika dan Asa Masyarakat Lewat Kampung Kopi Luwak Pertama di Kalimantan. KONTAN/Sabrina Rhamadanty


Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -KUTAI KARTANEGARA. Kalimantan Timur kini kini memiliki potensi pengembangan kopi luwak berkat seorang transmigran asal Lamongan. Berawal dari bantuan pemerintah mendapatkan bibit kopi, kini jumlah kelompok tani semakin banyak. 

Dalam perjalanan mengembangkan perkebunan kopi, Pertamina mulai membangu kegiatan para petani kopi terebut.  Adalah Rindoni yang awalnya tidak pernah menyangka bahwa dataran rendah di tanah Kalimantan, khususnya di kawasan Desa Prangat Baru, Kecamatan Marangkayu, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur cocok untuk menanam kopi.

Sebagai seorang transmigran dari Lamongan, Jawa Timur sekaligus penikmat kopi, sejak kepindahannya di tahun 1989, dirinya harus mengeluarkan budget cukup besar hanya untuk membeli kopi. Akhirnya, pada tahun 1997 lahan yang ia peroleh dari pemerintah ia tanami bibit kopi, disela-sela tumbuhan karet yang telah ditanamnya lebih dulu.

Tak disangka, langkah kecil ini membuka potensi Kalimantan terutama Kalimantan Timur untuk bisa memiliki perkebunan kopi sendiri yang kemudian berkembang menjadi desa wisata dengan sebutan Kampung Kopi Luwak.

Menurut dia, masyarakat Indonesia cukup akrab dengan dua jenis kopi yaitu Arabika dan Robusta. Arabika adalah jenis tumbuhan kopi yang tumbuh di ketinggian 1.000–2.000 meter di atas permukaan laut (mdpl). Karena itu, kopi jenis Arabika banyak ditemui di daerah dataran tinggi Indonesia, seperti perkebunan Gayo di Aceh, kawasan pegunungan Malabar di Jawa Barat atau Bajawa Flores.

Sedangkan Robusta, tumbuh subur di ketinggian 400 – 800 mdpl, menjadikan tanah di antaranya di kawasan Lampung, Temanggung Jawa Timur hingga Kepulauan Flores cocok bagi jenis kopi yang berasal dari daratan Afrika ini tumbuh.

Melihat karakteristik wilayah Desa Prangat Baru yang masuk dalam kategori dataran rendah, Rindoni bilang dirinya tetap bertekad menanam pohon kopi, dia pun menjatuhkan pilihan pada kopi jenis Liberika yang berasal dari Liberia, Afrika Barat.

"Saya juga tidak tahu awalnya, karena pikiran saya, tanam itu baik-baik, kasih pupuk, kemudian dirawat ya akhirnya menghasilkan yang bagus," kata Rindoni saat ditemui Kontan di kebunnya, Selasa (10/09).

Setelah mendalami dunia 'perkopian' lebih jauh, Rindoni bilang bahwa tanaman kopi memiliki ketinggian meter di atas permukaan laut (mdpl)-nya masing-masing. Dan kopi jenis Liberika sangat cocok tumbuh di dataran rendah (0 – 500 mdpl) seperti di kawasan desa ia tinggal.

"Ternyata kopi ini mengalami mdpl masing-masing, jadi bisa tumbuh sesuai dengan mdpl-nya masing-masing. Liberika itu istilahnya kita lempar saja bisa tumbuh di Kalimantan, ini yang sebelumnya tidak pernah ditemukan orang," tambahnya.

Potensi Kopi Liberika dan Luwak

Kalau pepatah mengatakan, ada gula ada semut maka berbeda dengan yang dialami oleh Rindoni, di kebunnya, pepatah ini berganti 'ada kopi, ada luwak'.

Iya, luwak atau yang dikenal juga dengan nama musang pulut, meski masuk jenis hewan omnivora atau pemakan segala. Luwak sangat suka makan biji kopi yang matang, karena rasanya yang manis.

Namun yang dicerna oleh luwak hanyalah daging buahnya saja sedangkan biji kopi yang diproses melalui pencernaan luwak akan kita kenal sebagai cikal bakal dari kopi luwak. Proses pencernaan dalam perut hewan yang masuk di keluarga garangan inilah yang membuat rasa kopi menjadi lebih nikmat.

Rindoni menyadari banyak luwak berdatangan ke kebunnya untuk makan kopi, namun ia tak ingin potensi kopi luwak dari biji kopi Liberia itu malah menganggu hidup si hewan mamalia."Disini semua luwaknya alami, tidak kami kurung," katanya.

Tugas Rindoni hanya berkeliling kebun sambil mencari biji kopi yang sudah 'dibuang' oleh luwak. Selain kopi luwak, dirinya juga bilang prospek bisnis dari kopi Liberika sangat menjanjikan. Dalam setahun, dengan dua kali panen, perhektar kebun bisa menghasilkan 1 ton kopi.

"Jumlah produksinya rata-rata (satu pohon) satu kilo (kopi) dengan perhektar pohonnya ada 500. Masing-masing petani rata-rata punya lahan 2 hektar, berarti satu tahunnya (produksi) menjadi 2 ton," ungkap dia.

Adapun saat ini, harga kopi Liberika dari kebunnya telah dijual kisaran Rp60-80 per seratus gram.

"Kalau kita ambil yang terendah, yang Rp60 ribu/100 gram itu kalau kita (jual) 1 kilo berarti sudah Rp600 ribu. Kalau itu (produksi) 1 ton dalam 2 hektar persatu musim (panen), berarti kan Rp 600 juta itu dikalikan dua sehingga totalnya mencapai Rp1,2 miliar," ungkap Rindoni.

"Tapi itu belum kopi yang luwak," tambahnya.

Untuk kopi luwak Liberika ungkap Rindoni harganya bisa jauh lebih mahal daripada Liberika biasa. Jika dilihat dari data e-commerce harga kopi luwak Indonesia bervariasi, ulai dari Rp 1 juta hingga Rp 7 juta-an/kg.

Kampung Kopi Luwak Pertama di Pulau Kalimantan

Perkembangan kebun kopi yang dirintis Rindoni sekarang telah menghasilkan 4 kelompok tani, salah satunya adalah kelompok tani Kapak Prabu dengan total 152 penerima manfaat dari 1.094 jiwa penduduk atau sebesar 13,9%.

Adapun menurut dia, potensi ini akan terus berkembang dengan dekatnya kebun ke Ibu Kota Nusantara (IKN) yang berjarak kurang lebih 170-an KM atau 4 jam perjalanan darat. Melalui banyak kegiatan di pusat negara baru itu, branding kopi luwak Liberika sebagai kopi Kaltim akan semakin kuat.

"Apalagi kita ini connect-nya ini dengan IKN. Bayangin saja sebagai ibu kota baru pasti ada banyak pertemuan dari yang nasional setingkat Camat sampai tingkat internasional," jelasnya.

Merambahnya coffe shop di kawasan Kalimantan yang akhir-akhir ini digandrungi kalangan muda juga bisa menjadi pasar dari kopi Liberika tersebut. Nilai tambah kopi menurut Rindoni juga akan semakin tinggi jika masuk tempat-tempat kopi yang sifatnya modern.

"Di kafenya dia itu, atau di kedai-kedai dia itu. Jadi siapa yang tidak sempat datang kesini (Kapak Prabu). Kan dia bisa nonton (informasi kopi  Liberika) dan budaya-budaya Kaltim lainnya, sambil nyeruput kopi itu," ungkapnya.

Dalam perkembangannya, Kampung Kopi Luwak Rindoni dan para anggota tani Kapak Prabu mendapat bantuan dari Pertamina Hulu Kalimantan Timur Daerah Operasi Bagian Utara (PHKT-DOBU) yang merupakan salah satu anak perusahaan Pertamina Hulu Indonesia (PHI), dalam program Pengembangan Kampung Kopi Luwak Desa Prangat Baru (Kapak Prabu).

Bantuan ini dimulai saat PT PHKT DOBU menyalurkan bantuan Pupuk Kompos Santan untuk pembibitan mandiri dan pemupukan tanaman kopi Liberika. Kemudian, pada tahun 2021 barulah muncul permulaan program Kampung Kopi Luwak Desa Prangat Baru atau yang disingkat Kapak Prabu.

Manager Communication Relations & CID PHI Dony Indrawan meyakini bahwa hubungan yang harmonis dengan masyarakat di wilayah operasi Perusahaan akan mendukung keberhasilan dan keberlanjutan operasi dan bisnis Perusahaan.

“Oleh karena itu, kami mendukung pengembangan kemandirian masyarakat melalui program-program CSR yang inovatif dan berkelanjutan,” jelas Dony dalam keterangan tertulis yang diterima Kontan, Rabu (11/09).

Menurutnya, kolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan serta pemanfaatan potensi lokal sebagai solusi atas persoalan yang dihadai masyarakat menjadi kunci keberhasilan program CSR perusahaan, seperti pada Program Kapak Prabu ini dimana perusahaan berhasil mewujudkan kampung eduwisata dan ekologi melalui pendampingan dan pengembangan. 

Tidak hanya tentang produk kopi, Dony pun menambahkan bahwa Program Kapak Prabu menerapkan teknologi ramah lingkungan, konservasi satwa, hingga wisata berbasis pendidikan bagi masyarakat untuk melestarikan lingkungan. 

“Dengan pengembangan menjadi kawasan eduwisata, paradigma masyarakat terhadap luwak juga berubah. Kini masyarakat percaya bahwa luwak harus dilindungi kelestariannya karena menghasilkan hubungan yang mutual sekaligus nilai ekonomi tinggi dari biji kopi yang dimakannya,“ tutup Dony.

Hal ini didukung juga oleh Aries Hermawan selaku Senior Supervisor Elektrical Santan Terminal PT PHKT DOBU, ia menambahkan meski saat ini Kampung Kopi Luwak sudah masuk masa exit strategi, atau pelepasan untuk kemandirian, pihaknya akan terus mendukung kebutuhan para petani.

"Kita mendukung terus, dari teknisnya, bangunan, alat-alat roasting (kopi), jadi dari pengembangan mesin dan pengembangan sumber daya yang ada disini,"

Aries juga menjelaskan bahwa untuk memenuhi kebutuhan energi yang bersumber dari energi terbarukan PHKT juga telah memberikan para petani panel surya, serta alat roasting otomatis.

"Mulai dari alat-alat pertanian, gazebo, panel surya itu kita maintance, harapannya agar kita bisa selalu membantu mereka. Karena selama ini roasting manual, tidak bisa menentukan berapa temperatur yang cocok untuk itu, makanya kita bikinkan alat," ungkapnya.

Untuk mendukung kesejahteraan luwak, pihak PHKT ungkapnya pada 7 Juli tahun lalu juga telah melakukan pelepasliaran 4 ekor satwa luwak. Adapun, saat ditanya soal kesiapannya melanjutkan potensi Kampung Kopi Luwak, Rindoni menjawab dirinya dan anggota petani yang lain sudah siap.

Rindoni juga menjelaskan hingga pertengahan tahun ini, Kapak Prabu sudah menanam bibit kopi Liberika di atas lahan seluas 39 hektar. Lahan ini termasuk lahan yang digarap oleh warga dari dua desa tetangga, yaitu Desa Prangat Selatan seluas 3 hektar dan Desa Makarti seluas 3 hektar.

"Kita memang harus menjual merek (kopi) ya, pasti kami siap (mandiri). Dan mudah-mudahan tahun depan kita bisa makin eksis, jadi yang pesan juga bisa langsung hubungi kami," tutupnya sambil tersenyum.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU
Kontan Academy
Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung Supply Chain Management Principles (SCMP)

[X]
×