kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45917,91   -17,61   -1.88%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Asaki: Pelonggaran KPR belum berpengaruh pada industri keramik


Senin, 20 Agustus 2018 / 17:01 WIB
Asaki: Pelonggaran KPR belum berpengaruh pada industri keramik
ILUSTRASI. Pabrik Roman Ceramic Balaraja Banten


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) dikabarkan melakukan pelonggaran KPR melalui relaksasi Loan to Value (LTV), untuk mendorong pertumbuhan kredit sektor properti yang diharapkan memiliki potensi efek ganda ke pertumbuhan ekonomi. Apalagi sektor properti dianggap mempunyai multiplier effect, khususnya bagi industri keramik.

Elisa Sinaga, Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) mengaku mengapresiasi keputusan tersebut. "Walau saat ini dampaknya bagi kami belum terlihat, tapi dugaan saya kedepan bisa berakibat positif," sebutnya kepada Kontan.co.id, Senin (20/8).

Kondisi saat ini, industri keramik melihat proyek properti belum tumbuh progresif dan menyerap produk mereka. Kebijakan kemudahan KPR tentu saja bagi Elisa dapat menggairahkan industri pendukung properti salah satunya keramik.

"Biasanya kan keramik dipesan setelah finishing konstruksi dari properti tersebut," sebut Elisa. Berapakah porsi penyerapan keramik lokal di proyek properti saat ini? Elisa belum bisa merincikannya.

Namun menurut Asaki, beberapa tahun yang lalu saat industri keramik lokal masih mendominasi pasar dalam negeri, total kapasitas terpasang yang mencapai 500 juta meter persegi sebagian besar dapat diserap oleh kebutuhan properti. "Kalau dulu stok gudang cuma bertahan 1-2 minggu, sekarang gudangnya penuh semua sampai-sampai masih disimpan 3-4 bulan," terang Elisa.

Sementara itu, pemerintah juga mewacanakan pembatasan 500 item produk impor yang menurut Asaki bisa menjadi peluang bagi industri keramik untuk tumbuh. "Tapi pemerintah harus pilah-pilah kalau itu yang dibatasin produk jadi maka bagus, tapi kalau yg bahan baku atau bahan baku penolong produksi tentu jangan dilarang impornya," ungkap Elisa.

Untuk itu Asaki berharap regulasi yang digodok nantinya harus terukur dengan jelas. Adapun importasi keramik saat in menjadi batu sandungan bagi industri keramik lokal, selain mengenai harga gas yang masih dinilai mahal.

Impor ini, Elisa sebutkan, telah mengalami kenaikan cukup signfikan tiap tahunnya. "Kalau dari data BPS yang kami ketahui sampai kuartal-I 2018 impornya telah naik hingga 35% dibandingkan tahun lalu," sebutnya.

Belum lagi menurut Elisa, ada sekitar 70 juta meter persegi keramik impor yang sudah masuk di pasar lokal. "Kalau bisa dibilang periode 2013-2017 impor terus naik 22% tiap tahunnya," terangnya.

Untuk itu Asaki cukup getol mendorong pengimplementasian tindakan pengamanan perdagangan (Safeguards) terhadap impor keramik pada Agustus mendatang. Menurut Elisa Safeguard tinggal menunggu persetujuan Kementerian Keuangan, harusnya bulan Agustus ini sudah dapat disahkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×