Reporter: Agung Hidayat | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek produk bernilai tambah (added value) di bahan baku tekstil semakin membaik. Untuk itu produsen benang dan serat filamen, PT Asia Pasific Fibers Tbk (POLY) bakal mengembangkan segmen usaha tersebut.
Prama Yudha Amdan, Assistant President Director Corporate Communications POLY menyebutkan bahwa dengan meningkatkan produk bernilai tambah, perseroan turut meningkatkan daya saingnya di sektor hulu tekstil ini.
Sebab jika masih hanya berharap dari produk komoditas seperti serat filamen reguler, kata Prama, rentan terdampak oleh pasar global seperti China. "Misalnya ada sesuatu di industri tekstil China, tentu akan berdampak ke tingkat lokal," terangnya kepada Kontan.co.id, Rabu (13/3).
Di Negeri tirai bambu tersebut diketahui menjadi pemain utama industri hulu tekstil, ongkos produksi yang murah menyebabkan harga produk mereka sering ditemui lebih murah di tanah air.
Sementara produk added value ini, sebut Prama, customer perseroan biasanya meminta customize sehingga tidak terpaku dengan harga produk reguler yang bergantung langsung terhadap naik-turunnya harga raw material serat filamen.
Sehingga produsen seperti POLY lebih memiliki bargain position untuk menentukan harga disamping mampu mendapatkan margin keuntungan yang lebih baik dengan added value product.
Adapun saat ini POLY telah memproduksi beragam produk bernilai tambah seperti benang anti-bacteria, serat tahan api dan serat otomotif. Prama menyebutkan perseroan tengah mengincar customer dari sektor otomotif yang baru, dengan cara mempelajari formulasi material yang cocok dengan pelanggan tersebut.
"Dengan produsen otomotif Jepang kami sudah sign in, lalu kami upayakan sekarang dengan produsen otomotif Eropa," ujarnya. Riset material ini paling tidak membutuhkan waktu 2 sampai 3 tahun agar formulasinya cocok dengan kebutuhan customer baru.
Untuk mengembangkan segmen ini, maka POLY pun menanggarkan dana dari capital expenditure (capex) tahun ini yang direncanakan sekitar US$ 14 juta - US$ 15 juta. Pertama capex digunakan untuk menambah infrastruktur di line production benang-benang bernilai tambah, yang kedua revitalisasi mesin produksi.
Prama memastikan belum ada investasi baru atau penambahan kapasitas di tahun 2019 ini selain peremajaan mesin tersebut. Untuk added value product diperkirakan di tahun ini kontribusinya sekitar 30% dari EBITDA perusahaan.
Selain memenuhi pasar lokal, produk bernilai tambah ini juga menyasar pasar ekspor. Sebagai gambaran, volume penjualan ekspor POLY di tahun lalu sekitar 20%-25% dari total volume penjualan perseroan, sementara di tahun ini Yudha menyebutkan, diprediksi porsi ekspor sekitar 30%-35% dari total volume penjualan.
Nah, dari porsi volume penjualan ekspor tersebut sebanyak 40% nya diisi oleh produk bernilai tambah. Sekadar informasi, POLY tercatat saat ini memiliki kapasitas terpasang untuk polymer 330.000 ton per tahun, sementara benang filamen 197.000 ton per tahunnya.
Sebelumnya perseroan optimis bakal memperoleh revenue sebesar US$ 480 juta di sepanjang 2018 kemarin, serta menargetkan penjualan bersih US$ 506 juta pada akhir 2019 ini. Mengulik laporan keuangan perseroan, pendapatan bersih POLY tercatat tumbuh 24% year on year (yoy) sampai kuartal tiga 2018 kemarin menjadi US$ 356 juta.
Sampai kuartal tiga tersebut, perusahaan juga memperoleh laba kurs senilai US$ 6,6 juta, dimana pada triwulan ketiga tahun lalu POLY mendapatkan rugi selisih kurs hingga US$ 2,43 juta. Alhasil laba komprehensif tahun berjalan POLY tercatat senilai US$ 16,78 juta, melejit setelah merugi di periode yang sama tahun lalu US$ 5,97 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News