kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Asosiasi Kaca menyebut tahun ini berat karena marak kaca impor dan harga gas tinggi


Selasa, 05 Februari 2019 / 15:18 WIB
Asosiasi Kaca menyebut tahun ini berat karena marak kaca impor dan harga gas tinggi


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (AKLP) menyatakan bahwa tahun 2019 masih menjadi periode yang berat bagi industri kaca lembaran. Maraknya impor dan tingginya harga gas menambah beban persaingan industri lokal.

Terkait permasalah impor, meski Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 110/2018 menghambat masuknya kaca lembaran dari luar negeri, namun industri merasa efeknya belum terlalu signifikan. Sebab kata Yustinus Gunawan, Ketua Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (AKLP), produk lokal masih berdaya saing rendah akibat tingginya harga gas industri.

"Impor tetap tinggi terutama dari China dan Malaysia, dimana harga gas disana sangat kompetitif," ungkap Yustinus kepada Kontan.co.id, Selasa (5/2). Adapun penggunaan energi dan bahan baku tercatat memakan besar biaya produksi sekitar 40%-45%.

Ditambah lagi, Yustinus bilang, fluktuasi kurs menjadi tantangan di industri ini. Dikarenakan harga gas dan sebagian bahan baku kaca yang diperoleh dari luar negeri dibeli dalam dolar Amerika Serikat (AS), sehingga sensitif jika dolar AS menguat.

Selain itu, asosiasi memandang impor kaca bakal berpengaruh pada tertahannya investasi dan revitalisasi kaca lembaran dan industrinya. "Porsi impor sedang dihitung, diperkirakan mencapai 15% dari kebutuhan nasional," sebut Yustinus.

Adapun rata-rata setiap tahun permintaan kaca lembaran nasional mencapai 750.000 ton. Dimana kapasitas terpasang dalam negeri mencapai 1,2 juta ton per tahun, sedangkan industri lokal juga menyuplai pasar ekspor rata-rata 30%-35% dari penjualannya.

Sementara itu performa industri ini sepanjang tahun 2018, menurut Yustinus, belum memuaskan dimana asosiasi memproyeksikan pada akhir tahun lalu industri kaca lembaran mampu tumbuh 4,5%-5%. Sayangnya AKLP masih belum dapat menjabarkan lebih lanjut perolehan pertumbuhan industri di tahun kemarin.

Yang jelas beberapa faktor penyebab industri ini tidak tumbuh maksimal ialah, kata Yustinus, salah satu anggota AKLP belum mampu selesaikan pembangunan tungku baru sebagai pengganti tungku lama. "Sangat mungkin tertundanya penyelesaian karena (situasi) belum kondusif yakni biaya energi yang mahal dan derasnya impor," terangnya.

AKLP mengaku belum dapat memprediksi pertumbuhan di tahun ini, namun Yustinus melihat kompetisi bagi industri lokal semakin berat. "Karena berlanjutnya perang dagang yg berdampak global, produk China akan semakin gencar dialihkan ke negara lain, termasuk ke Indonesia," bebernya.

Apalagi pasar Indonesia semakin menarik ditengah potensi dari perkembangan properti dan otomotif yang meningkat sejalan dengan selesainya proyek infrastruktur di berbagai daerah. Selain itu terkait lini produksi nasional, asosiasi berharap satu anggota AKLP lainnya dapat menyelesaikan pembangunan tungku baru sebagai pengganti tungku yang sudah habis masa pakainya.

Seperti yang diketahui, salah satu produsen kaca PT Asahimas Flat Glass (AMFG) dikabarkan telah menutup fasilitas tungku F3 pabrik di Ancol, awal tahun 2019 ini. Hal tersebut dilakukan dalam rangka relokasi pabrik kaca lembaran dari Ancol ke Cikampek.

Dengan penutupan fasilitas tungku F3 pabrik di Ancol, maka kapasitas produksi berkurang sementara menjadi 510.000 ton per tahun, namun kapasitas tersebut akan kembali meningkat pada akhir kuartal pertama 2019 menjadi 720.000 ton per tahun. "Hal itu sejalan dengan rencana berjalannya tunggu C2 pada pabrik kaca lembaran di Cikampek yang mempunya kapasitas produksi 210.000 ton per tahun," kata Christoforus, Sekretaris Perusahaan AMFG.

Mengenai target perseroan di tahun ini, manajemen optimis mampu tumbuh kisaran 10%. Angka tersebut, sama seperti proyeksi di tahun 2018 kemarin karena menurut perseroan permintaan kaca masih terus berkembang dan bertumbuh.

Sebelumnya Rusli Pranadi, Direktur AMFG sempat mengungkapkan, pertumbuhan permintaan kaca nasional tiap tahunnya rata-rata 5%-6%, bahkan khusus untuk kaca otomotif mampu tumbuh diatas rata-rata angka tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×