Reporter: Dimas Andi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren kenaikan tarif jasa angkutan atau freight rate masih terus berlanjut hingga memasuki tahun 2022. Belum ada kepastian sampai kapan tren demikian berlangsung.
Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Mahendra Rianto menilai, tingginya freight rate saat ini disebabkan belum normalnya pergerakan barang secara internasional seperti sebelum masa pandemi Covid-19. Meski jumlah kontainer yang tersedia mencukupi, namun di sisi lain tidak banyak kapal pengangkut yang bergerak, sehingga timbul ketidakseimbangan.
Situasi semakin sulit ketika konflik Rusia-Ukraina meletus. Arus pelayaran logistik dari dan menuju Rusia menjadi tersendat, karena ada blokade serta kebijakan embargo yang dikenakan kepada Rusia. Alhasil, rute pelayaran global menjadi lebih panjang sehingga berdampak pada meningkatnya biaya untuk bahan bakar maupun berlarutnya waktu perjalanan.
Belum cukup, tren kenaikan harga minyak dunia juga bisa mempengaruhi freight rate, terlebih lagi jika harga BBM industri ikut naik. “Kenaikan freight rate ini langsung dibebankan ke pemilik barang yang menggunakan jasa pengangkutan kapal,” ujar Mahendra, Rabu (16/3).
Baca Juga: Kenaikan Tarif Logistik Sedikit Berdampak kepada Wintermar Offshore (WINS)
Dia melanjutkan, tren kenaikan freight rate ini belum dapat dipastikan kapan akan berakhir. Sebab, situasi global juga masih penuh ketidakpastian seiring adanya pandemi hingga konflik geopolitik. Pihak ALI sendiri memperkirakan freight rate baru akan kembali normal paling cepat pada tahun 2024 mendatang sejalan dengan pulihnya arus pelayaran logistik global.
Para pelaku usaha logistik tentu harus memutar otak lebih keras untuk mengatasi tantangan tersebut. Untuk kawasan domestik, para pelaku usaha logistik masih bisa mengirim barang dengan kapal roro yang bisa menjangkau beberapa wilayah di Indonesia.
Penggunaan kapal roro setidaknya bisa membuat biaya transportasi menjadi lebih murah, karena truk pengangkut barang bisa langsung masuk ke kapal tersebut tanpa harus bongkar muat barang. “Tapi untuk tujuan internasional agak susah, mengingat kami sangat tergantung pada ketersediaan kapal,” tandas Mahendra.
Terlepas dari itu, ia memastikan bahwa kenaikan freight rate tidak mempengaruhi kegiatan jasa logistik. Permintaan terhadap jasa logistik dari berbagai industri pada dasarnya tetap tinggi, salah satunya dari sektor e-commerce.
Baca Juga: Harga Batubara dan Minyak Naik, Ini Dampaknya bagi Industri Pelayaran
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News