Reporter: Noverius Laoli | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatat penurunan produksi minyak sawit Indonesia pada Januari 2017. Penurunan terjadi sebesar 9% menjadi 2,86 juta ton dibandingkan Desember 2016 yang mencapai 3,15 juta ton.
Penurunan produksi terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia. Meskipun produksi merosot, tapi kinerja ekspor crude palm oil (CPO) dan turunannya justru mengalami kenaikan signifikan.
Direktur Eksekutif Gapki Fadhil Hasan mengatakan, kenaikan ekspor terjadi di sejumlah negara seperti India dan negara-negara Afrika. Gapki mencatat, India membukukan kenaikan ekspor sebesar 30% yakni 676.170 ton dibandingkan Desember tahun lalu yang hanya 519.940 ton.
Negara-negara Afrika mencatatkan kenaikan sebesar 88% atau 207,980 ton dibandingkan Desember 2016 yang 110,460 ton. Kenaikan ekspor juga dicatatkan oleh negara-negara Eropa sebesar 15%, Bangladesh 8% dan Pakistan 6%.
Sebaliknya, Fadhil bilang, penurunan permintaan yang cukup signifikan dibukukan China. Ekspor minyak sawit Indonesia ke Negeri Tirai Bambu ini turun sebesar 48% atau menjadi 316,750 ton dibandingkan Desember 2016 yang sebesar 612,210 ton. Ini karena China sedang menggenjot pembelian kedelai untuk mengisi stok di dalam negeri. "China juga mengambil kesempatan sebelum harga kedelai yang akan terus naik karena perkiraan penurunan panen kedelai di Argentina akibat cuaca buruk," kata dia.
Penurunan permintaan minyak sawit dari Indonesia juga dicatatkan oleh negera-negara Timur Tengah sebesar 29%, diikuti Amerika Serikat 21%. Dari sisi harga, sepanjang Januari 2017 harga rata-rata CPO global bergerak di kisaran US$785 – US$ 827,50 per metrik ton dengan harga rata-rata US$ 805,7 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News