Reporter: Handoyo | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Sepanjang Januari 2014, harga semua minyak nabati tertekan karena melimpahnya stok minyak nabati di berbagai negara produsen. Stok minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) Indonesia dan Malaysia masih melimpah akibat produksi meningkat pada akhir tahun lalu.
Fadhil Hasan Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mengatakan, hujan yang mengguyur belakangan ini telah mengakhiri masa kering di Brazil dan Paraguay. "Hal ini sangat menguntungkan kedua negara tersebut sehingga panen kedelai tercatat meningkat sesuai harapan," kata Fadhil dalam siaran persnya Jumat (21/2).
Menurut laporan FAO, stock rapeseed di Canada juga melimpah karena ekspor yang melambat diikuti oleh stock biji bunga matahari di region Laut Hitam yang juga tercatat melimpah. Fakta melimpahnya stok menimbulkan sentimen negatif yang menyebabkan harga minyak nabati dunia melemah dan tertekan.
Dari sisi harga, harga rata-rata CPO pada Januari 2014 tertekan dan mengalami penurunan sekitar 5% dari US$ 909,6 per metrik ton Desember 2013 menjadi US$ 865 per metrik ton dibulan Januari 2014.
Harga CPO tidak terjerembab tajam dikarenakan adanya program mandatori bahan bakar nabati (B-10) pemerintah yang telah efektif berlaku sejak September tahun lalu sehingga penyerapan CPO sebagai bahan pencampur diesel meningkat.
Pada Februari ini harga diharapkan akan membaik seiring dengan stock CPO Malaysia dan Indonesia yang akan mulai berkurang. Harga hingga pertengahan Februari tercatat bergerak dikisaran US$ 860-925 per metrik ton. Bea Keluar CPO pada Februari ditetapkan pemerintah sebesar 10,5% dengan harga referensi rata-rata CPO US$ 880,42 per metrik ton dan Harga Patokan Ekspor US$ 809 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News