Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga Crude Palm Oil (CPO) dalam negeri tahun 2025 diprediksi akan mengalami peningkatan seiring dengan diterapkannya kebijakan mandatori B40, yang mengharuskan campuran 60% solar dan 40% bahan bakar nabati (BBN) berbasis minyak sawit.
Sejumlah emiten sawit memandang B40 sebagai katalis positif yang dapat meningkatkan kinerja di tahun ini.
PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) misalnya, mengatakan bahwa B40 akan berdampak pada meningkatnya permintaan CPO dalam negeri yang berpengaruh pada kenaikan harga.
"Dengan adanya penerapan B40 akan berdampak terhadap permintaan CPO domestik yang diperkirakan akan meningkat. Sehingga dengan permintaan yang meningkat diharapkan dapat menopang harga rata-rata CPO pada 2025," kata Head of Investor Relation SGRO Stefanus Darmagiri kepada Kontan Selasa, (14/01).
Hal yang sama juga diungkap oleh PT Cisadane Sawit Raya Tbk (CSRA). Sekretaris Perusahaan CSRA, Iqbal Prastowo mengatakan tren harga CPO yang menanjak tahun 2024 diprediksi akan berlanjut di tahun 2025.
Baca Juga: Kilang Pertamina Internasional Produksi B40 Pertama di Sumsel dan Papua Barat Daya
"Kami melihat harga CPO masih akan meningkat di tahun 2025 namun besaran kenaikannya masih kami perkirakan secara internal," katanya.
Terkait produksi tahun ini, Iqbal bilang produksi CPO nasional berpotensi tumbuh jika tidak terjadi perubahan iklim ekstrim seperti El Nino di tahun 2023 lalu.
"Perseroan melihat produksi CPO nasional akan tumbuh sekitar 5% tahun ini. Bila didukung dengan kondisi iklim dan cuaca yang baik," tambahnya.
Melansir Trading Economics, Selasa (14/01) harga CPO saat ini ada di level RM 4.510 per ton. Angka itu turun 6,62% dalam sebulan terakhir, namun sudah naik 16,37% dalam setahun terakhir.
Meski harga CPO diprediksi naik, penerapan B40 akan membuka potensi penurunan kapasitas volume ekspor CPO tahun ini. Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Eddy Martono mengatakan dengan asumsi produksi CPO sama dengan tahun 2024, yaitu diangka 50 juta-an ton.
Maka penerapan B40 akan memangkas sekitar 2 juta ton CPO ekspor yang dialihkan untuk kebutuhan mandatori.
"Kalau produksi masih seperti sekarang masih stagnan, ekspor diperkirakan turun sekitar 2 juta ton," ungkapnya kepada Kontan, Minggu (12/01).
Penurunan ekspor ini ungkap dia juga akan berpengaruh pada penuruan Pungutan Ekspor (PE) sawit oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).
"Kemungkinan penurun ekspor masih ada, dan otomatis penerimaan PE juga akan turun," tambahnya.
Adapun, dana PE ini akan digunakan untuk membiayai program B40 atau tepatnya untuk menutup selisih harga indeks pasar (HIP) biodiesel dan solar.
Eddy menambahkan, penerapan B35 sebelumnya membuat volume ekspor CPO berada di level 30 juta ton. Dengan meningkat menjadi B40 maka volume ekspor bisa menyusut menjadi 24,77 juta ton.
Disisi lain, Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI) Tungkot Sipayung mengatakan penerapan B40 akan meningkatkan penggunaan CPO domestik menjadi 14,1 juta ton.
"Penerapann B40 akan membuat peningkatan penggunaan CPO domestik dari 11,6 jt ton menjadi 14,1 juta ton atau ada tambahan kenaikan sebesar 2,5 juta ton," katanya.
Tungkot menambahkan, bukan hanya CPO pemerintah saat ini memang tengah mengontrol semua produk turunan sawit yang mau diekspor. Yang terbaru menurutnya, setelah Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengeluarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 2 Tahun 2025 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 26 Tahun 2024 tentang Ketentuan Ekspor Produk Turunan Kelapa Sawit pada 8 Januari 2024.
"Dengan pengaturan tersebut, pemerintah tampaknya mau memastikan kebutuhan domestik menjadi prioritas. Ekspor sawit pasti terpengaruh atau menurun kedepan," tutupnya.
Baca Juga: Mencegat Gerojok Limbah Sawit ke Pasar Ekspor
Selanjutnya: Korupsi Taspen, KPK Tahan Ekiawan Direktur Utama Insight Investment Management
Menarik Dibaca: 6 Hal yang Harus Dilakukan Setiap Malam agar Gula Darah Stabil
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News