Reporter: Agung Hidayat | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - Ada dua produsen semen yang mulai masuk bisnis semen slag. Bahan baku semen slag adalah hasil limbah ferronikel dan pengolahan baja/biji besi yang juga disebut sebagai slag. Terbatasnya smelter blast furnace di Indonesia menyebabkan pasokan slag terbatas.
Menurut Wakil Ketua Asosiasi Perusahaan Industri Pengolahan dan Pemurnian Indonesia (AP3I), Jonathan Handojo, setidaknya ada dua smelter besi yang tutup di Kalimantan Selatan. "Sementara tersisa Krakatau Posco, tapi itupun menurut saya masih rugi," kata Jonathan kepada KONTAN, Rabu (20/9).
Sekadar informasi, pada pertengahan tahun ini banyak smelter, khususnya nikel, memutuskan tidak beroperasi dengan alasan kesulitan ekonomi. Sementara smelter besi tidak banyak dibangun lantaran pasokan bijih besi dalam negeri belum memenuhi.
Jonathan mengatakan, untuk mendapatkan slag powder (bubuk slag), hasil limbah pengolahan logam hanya didapatkan dari tipe smelter blast furnace, bukan listrik. "Sebab slag smelter listrik tak bisa dipakai campuran semen. Kalau slag dari besi biasanya dipakai untuk campuran semen. Sedang slag dari nikel kebanyakan untuk beton precast," kata dia.
Menurut Jonathan, saat ini belum banyak smelter blast furnace yang berproduksi. "Untuk nikel sampai saat ini hanya ada tiga di Morowali , satu di Pulau Obi yang jalan. Lainnya belum jalan, menunggu harga nikel stabil," terang Jonathan.
Apakah ada prediksi kapan harga nikel bisa stabil? "Selama Kementerian ESDM terus melawan presiden ya tak ada yang bisa berharap," ujarnya.
Sebelumnya, Growth Steel Group melalui anak usahnya PT Indoferro sempat memproduksi kebutuhan slag powder. "Indoferro sempat suplai ke Semen Indonesia dan Tiga Roda. Namun karena Indoferro sedang berhenti, divisi semen juga ikut terhenti," kata Jonathan yang juga menjabat sebagai Direktur Pengembangan Bisnis Growth Steel Group.
Produksi slag powder Indoferro memanfaatkan sisa pemurnian nikel yang ada. Nilai investasi Indoferro untuk pabrik semen slag tercatat sebesar US$ 30 juta. Dengan kapasitas maksimal pabrik tersebut mencapai 2 juta ton per tahun.
Pada tahap pertama, pabrik hanya memproduksi 30.000 ton per bulan atau 360.000 ton per tahun. Semen slag milik Indoferro sempat dipasarkan di Jabodetabek. "Kami waktu itu juga dipakai oleh Beton Pracetak. Seperti Wika Beton dan lainnya," kata Jonathan.
Praktis saat ini hanya Krakatau Steel yang bisa menyuplai slag bagi produsen semen slag di Indonesia. PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) berkolaborasi dengan PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) membuat anak usaha PT Krakatau Semen Indonesia (KSI).
Pabrik slag powder yang berlokasi di Cilegon ini dibangun dengan nilai investasi sebesar Rp 451 miliar. Adapun menurut Sekretaris Perusahaan KRAS, Iip Arief Budiman kapasitas produksi total adalah 750.000 ton per tahun.
Pada awalnya, slag yang dihasilkan dari proses produksi blast furnace Krakatau Steel hanya diekspor. Sekarang produksi semen slag diyakini memberi nilai tambah bagi perusahaan. Iip Arief menilai, kontribusi terhadap pendapatan perusahaan tentu akan sejalan dengan upaya perusahaan meningkatkan bisnis penunjang non baja.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News