Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengisyaratkan bahwa blok migas Ambalat yang berada di perairan perbatasan Kalimantan Utara berpotensi dikelola secara bersama oleh PT Pertamina (Persero) dan Petronas.
Dalam diskusi tingkat tinggi antara kedua negara, Bahlil mengatakan pemerintah tengah membangun konsep kerja sama di wilayah yang selama ini diklaim oleh masing-masing negara.
“Ambalat adalah wilayah yang hari ini kan secara politik itu masing-masing merasa mengklaim kan kira-kira begitu. Ada atau tak ada batasan-batasan.Nah jujur saya katakan bahwa situ ada potensi sumber daya minyak dan gas. Salah satu yang kita diskusikan adalah bagaimana kawasan ini kita kelola bersama untuk kebaikan bersama," kata Bahlil dalam Energi Mineral Festival, Rabu (30/7).
Bahlil menyebutkan, jika kerja sama ini terlaksana, maka pengelolaan akan melibatkan badan usaha milik negara dari kedua pihak.
Baca Juga: Bisnis Pertambangan Emas Kian Menggiurkan, Emiten Ramai-Ramai Ekspansi dan Eksplorasi
“Sudah barang tentu kalau dilakukan antara negara dengan negara maka akan dilakukan kerjasama antara BUMN Malaysia dan BUMN Indonesia. Di mana representasi untuk bidang migas adalah Petronas dari Malaysia dan Pertamina dari Indonesia," ungkapnya.
Meski begitu, Bahlil menegaskan rencana tersebut masih dalam tahap kajian awal. Pemerintah belum menentukan metode pengelolaan, struktur kerja sama, maupun jadwal pelaksanaannya.
“Tapi ini belum final. Ini masih dalam kajian. Sekali lagi saya katakan bahwa ini masih dalam kajian. Belum tahu kapan dan bagaimana metode dan caranya,” tambahnya.
Sebelumnya, PT Pertamina Hulu Energi (PHE) selaku anak usaha hulu Pertamina mengonfirmasi tengah menjajaki pembahasan lanjutan dengan pihak Malaysia, khususnya Petronas, terkait pengembangan Blok East Ambalat.
“Kita juga sedang merencanakan untuk pengembangan daerah di East Ambalat, yang perbatasan dengan Malaysia. Saat ini kita juga sedang diskusi lanjut dengan pihak di Malaysia,” kata Direktur Perencanaan Strategis, Portofolio, dan Komersial PHE Edi Karyanto dalam Energi Mineral Festival 2025 di Jakarta, Rabu (30/7).
Namun, PHE memastikan seluruh langkah teknis akan tetap mengacu pada arahan regulator, yakni Kementerian ESDM dan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas).
“Ya, kalau kami sih menunggu arahan dari SKK dan Dirjen Migas ya, tapi kami operator siap sih kalau memang diperintahkan untuk eksplorasi. Kita siap untuk melaksanakan perintah itu. Karena kami punya kompetensi, baik secara teknikal maupun finansial," jelasnya.
Adapun porsi kerja sama, termasuk kemungkinan unitisasi dengan Petronas, masih belum ditentukan.
Sebagai informasi, pemerintah Indonesia telah memberikan pengelolaan Blok East Ambalat kepada PHE Ambalat Timur dengan status operator dan kepemilikan 100% participating interest (PI). Kontrak bagi hasil (PSC) untuk blok ini berlaku selama 30 tahun, dengan komitmen kerja pasti senilai US$ 8,5 juta dalam tiga tahun pertama.
Secara geografis, Blok East Ambalat berada di Cekungan Tarakan, sekitar 80 kilometer dari Kota Tarakan dan 100 kilometer dari fasilitas produksi migas di Bunyu. Blok ini disebut menyimpan cadangan migas yang signifikan dan menjadi titik strategis di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia.
Saat ini, kedua negara telah memulai tahap awal berupa desk study bersama untuk menyatukan data teknis.
Baca Juga: BookCabin Tembus 2,5 Juta Unduhan, Fokus Perkuat Brand dan Perluas Pengguna Baru
Selanjutnya: Ada Potensi Hujan Ringan, Simak Prakiraan Cuaca Maluku, Kamis (31/7)
Menarik Dibaca: Hari Terakhir! Promo HokBen Payday Seru, Makan Berdua Cuma Rp 47.000-an Per Orang
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News