kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.439.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.405   30,00   0,19%
  • IDX 7.812   13,98   0,18%
  • KOMPAS100 1.184   -0,59   -0,05%
  • LQ45 959   0,88   0,09%
  • ISSI 227   0,13   0,06%
  • IDX30 489   0,88   0,18%
  • IDXHIDIV20 590   1,24   0,21%
  • IDX80 134   -0,05   -0,04%
  • IDXV30 139   -1,25   -0,90%
  • IDXQ30 163   0,24   0,15%

Bahlil Mau Tambah Lawan Sawit di Papua untuk Kebutuhan B60, Begini Komentar Gapki


Kamis, 05 September 2024 / 19:04 WIB
Bahlil Mau Tambah Lawan Sawit di Papua untuk Kebutuhan B60, Begini Komentar Gapki
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono.


Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Eddy Martono meragukan langkah pemerintah yang menambah lahan sawit seluas 300 ribu hektar untuk menyokong kebutuhan B60 atau bahan bakar dengan campuran 60% minyak sawit atau Crude Palm Oil (CPO).

Langkah ini diungkap oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia saat dirinya menghadiri acara The 7th Indonesia-China Energy Forum (ICEF) di Bali.

Melalui unggahan instagramnya @bahlillahadalia pada Rabu (04/09), setelah membuka ICEF, Bahlil dan Administrator National Energy Administration (NEA) dirinya terlihat meninjau pameran ICEF yang diikuti oleh beberapa perusahaan dari China dan Indonesia.

Dalam video tersebut, Bahlil berucap bahwa salah satu langkah Indonesia untuk mengurangi impor solar adalah dengan meningkatkan lifting dan melakukan konversi ke B60.

"Salah satu strategi mengurangi impor, meningkatkan lifting tapi kita juga konversi ke B60," kata Bahlil.

Baca Juga: Sosialisasi Pembatasan Pembelian BBM Subsidi akan Dimulai Bulan Ini

Bahlil menjelaskan, produksi biodiesel Indonesia saat ini mencapai 14 juta kilo liter (KL). Indonesia juga sudah melakukan ekspor ke China.

"Sekarang kita sedang kembangkan di Papua, nambah 300 ribu hektar, untuk membangun CPO agar minyak di Papua ini kita konversi ke B60," tambah Bahlil.

Terkait langkah ini, Eddy bilang pihaknya sebagai bagian dari industri sawit belum menerima informasi atau diajak bicara mengenai hal tersebut.

"Kami terus terang dari asosiasi belum diajak bicara itu, mungkin rencana ke pemerintah, bisa juga mungkin ini penugasan pemerintah ke BUMN. Tapi asosiasi belum diajak bicara terkait pengembangan itu," jelasnya saat ditemui Kontan di kawasan Jakarta Selatan, Kamis (05/09).

Ia juga mengatakan, langkah terbaik untuk pengembangan  lahan sebagai upaya pemenuhan B60 menurutnya diserahkan kepada pihak BUMN saja.

"Anggota Gapki kan ada BUMN juga tapi jangan ke privat company, lebih bagus penugasan ke BUMN terlebih dahulu, jangan ada kesan tadi privat company itu seperti gak puas-puas," katanya.

Meski begitu, ia meragukan penambahan areal sawit di Papua bisa memasok kebutuhan CPO untuk B60 dimasa depan.

"Kalau kita hitung, kalau (maksimal produksi) 5 ton (CPO) perhektar kan berarti 1,5 juta ton tambahannya, ya gak cukup. Kalau hanya segitu," ungkap dia.

Adapun ungkap dia, untuk memenuhi B60 dibutuhkan 24 juta ton CPO. Meningkat 6 juta ton jika dibandingkan dengan kebutuhan CPO untuk B50 yang berada kisaran 17,5-18 juta ton.

Sebagai tambahan informasi, yang terdekat pemerintah Indonesia akan menjalankan program B40, yakni campuran solar dengan 40% bahan bakar nabati (BBN) berbasis minyak sawit pada tahun 2025. Rencana ini sejalan dengan data realisasi kinerja subsektor EBTKE tahun 2024.

Melalui program B40 ini, pemerintah telah melakukan ujicoba dan meningkatkan adopsi biodiesel berbasis kelapa sawit di berbagai jenis kendaraan dan non  kendaraan seperti alat pertanian (alsintan). Secara keseluruhan, diperkirakan diperlukan 16 juta kilo liter (KL) CPO. 

Baca Juga: Berikut Pemenang Lelang WK Migas Tahap I 2024

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×