Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Hasbi Maulana
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produksi minyak sawit alias CPO Indonesia diperkirakan mengalami kelebihan produksi (oversupply) pada tahun 2030. Oleh karena itu perlu ada diversifikasi pemanfaatan minyak sawit.
Salah satunya adalah memanfaatkan minyak sawit sebagai bahan bakar minyak (BBM). "Harus mendorong diversifikasi penggunaan BBM berbasis sawit," ujar Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza saat membuka workshop pemanfaatan minyak sawit untuk greenfuel, Selasa (16/7).
Baca Juga: Sebanyak 80% perusahaan kelapa sawit masih bermasalah, Luhut usulkan ada denda
Antisipasi kelebihan suplai tersebut dinilai akan berujung pada kesejahteraan petani sawit. Suplai sawit yang terjaga di satu sisi dan menambah permintaan di sisi yang lain akan membuat harga sawit stabil.
Hammam menyebut volume produksi minyak sawit Indonesia saat ini 44 juta ton - 46 juta ton per. Minyak sawit sebanyak itu diproduksi dari lahan seluas 14 juta hektare (ha). Dia memperkirakan pada tahun 2025 volume produksi akan mencapai 51,7 juta ton.
Produksi yang terus bertambah akan membuat kondisi oversupply pada tahun 2030. Apalagi, ada ancaman larangan penggunaan minyak sawit yang dicanangkan Uni Eropa (UE).
Baca Juga: Produksi CPO diramal oversupply pada 2030, ini yang perlu dilakukan
Selain menjaga harga, diversifikasi minyak sawit sebagai bahan baku BBM akan menurunkan impor solar Indonesia. Konsumsi BBM Indonesia terus naik tiap tahun sehingga turut menciptakan defisit impor US$ 13,4 miliar.
"Harus ada upaya untuk mengurangi impor terbut dengan melakukan diversifikasi penggunaan," terang Hammam.
Saat ini pemerintah terus mengkaji penerapan biodiesel 30% (B30). Kalau program B30 ini berhasil, Indoensia bisa menghemat impor solar sampai 9 juta kiloliter (KL) setara dengan US$ 6 miliar.
Baca Juga: Gapki: Pasar ekspor sawit Indonesia tergerus akibat regulasi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News