kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Bakal oversupply 11 tahun lagi, diversifikasi penggunaan CPO kian urgen


Jumat, 19 Juli 2019 / 06:05 WIB
Bakal oversupply 11 tahun lagi, diversifikasi penggunaan CPO kian urgen


Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Hasbi Maulana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produksi minyak sawit alias CPO Indonesia diperkirakan mengalami kelebihan produksi (oversupply) pada tahun 2030. Oleh karena itu perlu ada diversifikasi pemanfaatan minyak sawit.

Salah satunya adalah memanfaatkan minyak sawit sebagai bahan bakar minyak (BBM). "Harus mendorong diversifikasi penggunaan BBM berbasis sawit," ujar Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza saat membuka workshop pemanfaatan minyak sawit untuk greenfuel, Selasa (16/7).

Baca Juga: Sebanyak 80% perusahaan kelapa sawit masih bermasalah, Luhut usulkan ada denda

Antisipasi kelebihan suplai tersebut dinilai akan berujung pada kesejahteraan petani sawit. Suplai sawit yang terjaga di satu sisi dan menambah permintaan di sisi yang lain akan membuat harga sawit stabil.

Hammam menyebut volume produksi minyak sawit Indonesia saat ini 44 juta ton - 46 juta ton per. Minyak sawit sebanyak itu diproduksi dari lahan seluas 14 juta hektare (ha). Dia memperkirakan pada tahun 2025 volume produksi akan mencapai 51,7 juta ton.

Produksi yang terus bertambah akan membuat kondisi oversupply pada tahun 2030. Apalagi, ada ancaman larangan penggunaan minyak sawit yang dicanangkan Uni Eropa (UE).

Baca Juga: Produksi CPO diramal oversupply pada 2030, ini yang perlu dilakukan

Selain menjaga harga, diversifikasi minyak sawit sebagai bahan baku BBM akan menurunkan impor solar Indonesia. Konsumsi BBM Indonesia terus naik tiap tahun sehingga turut menciptakan defisit impor US$ 13,4 miliar.

"Harus ada upaya untuk mengurangi impor terbut dengan melakukan diversifikasi penggunaan," terang Hammam.

Saat ini pemerintah terus mengkaji penerapan biodiesel 30% (B30). Kalau program B30 ini berhasil, Indoensia bisa menghemat impor solar sampai 9 juta kiloliter (KL) setara dengan US$ 6 miliar.

Baca Juga: Gapki: Pasar ekspor sawit Indonesia tergerus akibat regulasi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×