Reporter: Abdul Basith | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produksi minyak sawit alias CPO Indonesia diperkirakan akan mengalami kelebihan produksi (oversupply) pada tahun 2030. Oleh karena itu perlu ada diversifikasi dalam penggunaan minyak sawit.
Salah satunya adalah dengan memanfaatkan minyak sawit dalam bahan bakar minyak (BBM). "Harus mendorong diversifikasi penggunaan BBM berbasis sawit," ujar Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza saat membuka workshop pemanfaatan minyak sawit untuk greenfuel, Selasa (16/7).
Baca Juga: Gapki: Pasar ekspor sawit Indonesia tergerus akibat regulasi
Antisipasi kelebihan suplai tersebut dinilai akan berujung pada kesejahteraan petani sawit. Pasalnya suplai sawit yang terjaga dengan menambah permintaan akan membuat harga sawit stabil.
Hammam bilang produksi minyak sawit Indonesia saat ini sebesar 44 juta ton hingga 46 juta ton per tahun dari lahan seluas 14 juta hektare (ha). Pada tahun 2025 diperkirakan produksi mencapai 51,7 juta ton.
Produksi yang terus bertambah akan membuat kondisi oversupply pada tahun 2030. Hal itu ditambah dengan ancaman larangan penggunaan minyak sawit yang dicanangkan Uni Eropa (UE).
Baca Juga: Impor Menyurut, Neraca Perdagangan Juni Diperkirakan Surplus
Selain menjaga harga, diversifikasi minyak sawit dalam BBM juga akan menurunkan impor solar Indonesia. Konsumsi BBM Indonesia terus naik tiap tahunnya dan menciptakan defisit impor sebesar US$ 13,4 miliar.
"Harus ada upaya mengurangi impor dengan melakukan diversifikasi," terang Hammam.
Saat ini pemerintah terus mengkaji penerapan biodiesel 30% (B30). Nantinya B30 diprediksi akan menghemat impor solar 9 juta kiloliter (KL) setara dengan US$ 6 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News