Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten produsen CPO, PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) menyatakan diluncurkannya bursa CPO akan berdampak positif bagi Indonesia sebagai produsen CPO nomor satu di dunia.
Seperti diketahui, Menteri Perdagangan (Menda) Zulkifli Hasan meluncurkan perdagangan pasar fisik minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) di Bursa Berjangka Indonesia pada Jumat (13/10).
Asal tahu saja, Indonesia sebagai produser terbesar CPO, menyumbang 85% produksi CPO dunia pada 2022. Selama ini, Indonesia masih bergantung pada bursa Rotterdam dan Malaysia dalam penentuan harga sawit. Dengan adanya bursa CPO di dalam negeri, pembentukan CPO diharapkan lebi adil, transparan, akuntabel, dan real time.
Baca Juga: Bakrie Sumatera (UNSP) Serap Dana Capex Rp 485 Miliar
Direktur UNSP, Andi W. Setianto mengatakan, kehadiran bursa CPO tentu akan bagus bagi Indonesia sebagai produsen nomor satu dunia dengan pangsa pasar 60% sawit dunia diikuti oleh Malaysia 25% dan akan berdaulat menentukan harga CPO melalui bursa yang efektif dan efisien terbuka di dalam negeri yang kelak juga bisa menjadi acuan harga dunia.
"Bursa yang baik adalah tempat di mana penjual dan pembeli mendapatkan harga terbaik melalui proses efisien terbuka yang didapatkan dari semakin banyaknya partisipasi penjual dan pembeli," kata Andi kepada Kontan.co.id, Kamis (10/19).
Andi mencontohkan, Bursa Efek Indonesia, yang berdaulat (karena contohnya Bank Mandiri tidak perlu mencatatkan sahamnya di bursa luar negeri) memberikan manfaat bagi masyarakat dan pengusaha Indonesia makmur bersama, membuka peluang masyarakat menjadi bagian pemegang saham Bank Mandiri di harga terbaik dan Pemerintah/pemilik Bank Mandiri mendapatkan dana dari masyarakat untuk mengembangkan usahanya.
Sebagai tambahan informasi, UNSP menargetkan pertumbuhan volume produksi CPO meningkat sekitar 20% tahun ini. UNSP saat ini memiliki lahan sawit inti tertanam seluas 37.000 hektar. Dia menambahkan, lahan plasma yang ada seluas 15.000 hektar dan lahan karet tertanam adalah sekitar 15.000 hektar.
Memasuki kuartal ke-3 tahun ini, UNSP telah memaksimalkan menyerap anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) mereka sebesar Rp 485 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News