Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. Di tengah depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat, tetapi PT Novartis Indonesia masih belum berniat untuk membangun pabrik bahan baku obat.
Perusahaan obat-obatan multi nasional itu menyebut niatan itu tidak bisa dilakukannya seorang diri. Selain menggandeng beberapa perusahaan lain, pembangunan pabrik bahan baku juga harus mendapat dukungan pemerintah.
“Itu harus konsorsium gak bisa sendiri, investasinya mahal,” ujar Luthfi Mardiansyah, Presiden Direktur PT Novortis Indonesia kepada Kontan di kantornya, Kamis (17/9).
Menurutnya selain biaya investasi yang cukup lumayan, rencana pembangunan pabrik bahan baku juga harus diikuti oleh garansi berapa banyak volume produk yang akan dibeli.
Luthfi beralasan Selama tidak ada jaminan pembelian dalam jumlah yang besar, pengusaha sektor farmasi pasti akan lebih memilih untuk mengandalkan impor karena biaya impor dianggap masih lebih murah dari pada investasi pembangunan pabrik baru.
Kata dia, pemerintah harus terlebih dahulu mendorong untuk bisa mewujudkannya seperti dalam bentuk tax holiday atau dukungan lainnya.
“Kalau pemerintah belum kesana jangan harap industri juga kesana,” imbuhnya.
Pria yang juga duduk dalam International Pharmaceutical Manufacturs Group (IPMG) itu menambahkan sebenarnya asosiasi yang dinaunginya dalam jangka panjang juga telah merencanakan hal ini.
Menurutnya IPMG sendiri sudah merencanakan pembangunan ini di tahun 2020 nanti.
Selama ini hampir 90% bahan baku pembuatan obat yang digunakan Novartis berasal dari luar negeri. Kebanyakan bahan-bahan tersebut diimpor dari China dan India.
Asal tahu saja, Novartis Indonesia sendiri merupakan perusahaan multi nasional yang terbentuk dari digabungnya dua perusahaan global Sandoz dan Ciba Giegy.
Kini kedua perusahaan tersebut menjadi anak usaha dengan nama PT Sandoz Indonesia yang memproduksi obat generik bermerek dan PT Ciba Indonesia yang memasok lensa kontak ke seluruh dunia.
Pasokan Ciba ini tercatat sebagai pengekspor terbesar lensa kontak ke induknya di Switzerland.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News