Reporter: Fitri Nur Arifenie, Tedy Gumilar | Editor: Fitri Arifenie
JAKARTA. Serbuan terigu impor membuat produksi industri tepung terigu dalam negeri tak maksimal. Hingga saat ini, utilisasi industri tepung terigu masih sekitar 60% sampai 70% dari total kapasitas produksi yang terpasang.
Ratna Sari Loppies, Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) menargetkan, sampai akhir tahun 2014, utilisasi pabrik terigu akan naik menjadi 80%, bahkan hingga 100% dari kapasitas produksi terpasang. "Tahun ini, utilisasi tepung terigu bisa bertambah jika tidak ada impor terigu," ujar Ratna ketika dihubungi KONTAN, Selasa (7/1).
Berdasarkan data Aptindo, kapasitas produksi terpasang produsen terigu di dalam negeri mencapai 5 juta ton. Di antara puluhan produsen tepung terigu lokal, kapasitas produksi terpasang paling besar dimiliki oleh Bogasari Flour Mills sebanyak 2,58 juta ton per tahun, diikuti oleh Eastern Pearl Flour Mills di Makassar dengan kapasitas produksi terpasang mencapai 510.000 ton.
Menurut Ratna, keberadaan impor tepung terigu membuat pemain baru di sektor ini sulit untuk berkembang. Para investor baru merugi karena tak sanggup melawan terigu impor yang mayoritas harganya dipatok lebih murah.
Aptindo merilis data, setidaknya ada empat produsen, yakni PT Berkat Indah Gemilang, PT Golden Grand Mills, PT Lumbung Nasional Flour Mills, dan PT Panganmas Inti Persada telah mengklaim kesulitan likuiditas dan solvabilitas. Mau tak mau, produsen terigu harus mengurangi produksinya untuk menekan kerugian. Misalnya, sejak didirikan pada Oktober 2011 lalu, utilisasi pabrik PT Golden Grand Mills hanya 50% dari kapasitas produksinya.
Senada dengan Ratna, Alwin Arifin, Direktur Utama PT Sriboga Flour Mills menuding, keran impor yang dibuka berlebihan membuat produsen lokal harus berebut pasar dengan terigu dari negara lain. Akibatnya, utilisasi pabrik sulit untuk dimaksimalkan.
Selain banjir impor terigu, Alwin menuturkan, rendahnya utilisasi pabrik tepung terigu di dalam negeri sulit mencapai full capacity lantaran kebijakan pemerintah yang terlalu liberal untuk memberikan izin pendirian pabrik tepung terigu baru. Saat ini, utilisasi Sriboga sekitar 80% dari total kapasitas produksi yang mencapai sebanyak 1.900 ton terigu per hari.
Alwin menuding bahwa pemerintah terlalu jorjoran memberikan izin pendirian pabrik terigu. Saat ini, ada sekitar 20-an produsen terigu di Indonesia. "Padahal, di era orde baru, hanya ada empat atau lima produsen terigu di Indonesia," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News