Reporter: Adisti Dini Indreswari | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Perusahaan dengan bisnis inti petrokimia, PT Barito Pacific Tbk (BRPT) mengepakkan sayap ekspansi ke bisnis properti. Melalui anak usaha, PT Griya Tirta Asri, perusahaan yang dibangun taipan Prajogo Pangestu ini bakal mengembangkan kawasan industri Griya Idola Industrial Park (GIIP) di Cikupa, Tangerang Banten.
Agus Salim Pangestu, Direktur Utama Barito Pacific sekaligus putra dari Prajogo Pangestu menjelaskan, perusahaannya sengaja memilih lokasi di sisi Barat Jakarta untuk mengisi areal tersebut. "Mengingat pengembangan kawasan industri saat ini lebih terpusat di Timur Jakarta, kami berharap dapat memberikan pasokan lahan terhadap industri yang sedang tumbuh," jelasnya kepada KONTAN, Selasa (26/5).
Untuk tahap awal, Barito Pacific akan menjual lahan seluas 50 hektare (ha). Agus memperkirakan proyek properti ini bisa kelar sekitar empat tahun ke depan.
Namun, Agus masih enggan memberi tahu detil rencana perluasan lahan kawasan industri ini. Yang jelas, untuk mendanai ekspansi usaha di bisnis kawasan industri, Barito Pacific sudah menyiapkan investasi tidak kurang dari Rp 1,3 triliun. "Kami masih melihat peluang," ujar Agus
Agus juga tidak memerinci proyeksi luas lahan yang terjual tahun ini, beserta harga jualnya. Dia hanya menjelaskan, pihaknya mematok target pendapatan dari bisnis kawasan industri sebesar Rp 500 miliar saban tahunnya.
Sebagai informasi tambahan, Barito Pacific sebenarnya bukan pemain baru di bisnis properti. Melalui anak usaha PT Griya Idola, perusahaan ini sudah membangun Wisma Barito Pacific di Slipi Jakarta Barat. Namun sebagian besar area perkantoran ini dipakai oleh anak-anak usaha Barito Pacific sendiri.
Meski ekspansif di bisnis properti, motor penggerak Barito Pacific tetap berada di bisnis petrokimia yang dijalankan oleh anak usahanya, serta salah satu perusahaan petrokimia terbesar di negeri ini yaitu PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA). Malah, tahun ini, Chandra Asri patungan dengan produsen ban asal Prancis, Michelin berencana membangun pabrik karet sintetis sebagai bahan baku ban di Cilegon.
Lantaran kontribusinya paling besar, alokasi belanja modal Barito Pacific juga paling banyak mengalir untuk Chandra Asri yaitu sebesar US$ 220 juta tahun ini.
Sedangkan PT Royal Indo Mandiri yang bergerak di bisnis perkebunan kelapa sawit dan PT Griya Idola, pengelola gedung Wisma Barito Pacific masing-masing mendapat belanja modal US$ 6 juta dan US$ 14 juta. Dus, total belanja modal Barito Pacific hingga akhir tahun ini diperkirakan mencapai US$ 220 juta.
Sayang, Agus tidak membocorkan proyeksi kinerja BRPT untuk tahun ini. Yang jelas, selama kuartal I-2015, Barito Pacific mengalami penurunan pendapatan sebanyak 43,84% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, menjadi US$ 362,78 juta. Namun perusahaan ini malah berhasil membukukan laba bersih sebesar US$ 1,40 juta, setelah merugi US$ 4,98 juta pada periode yang sama tahun lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News