Reporter: Handoyo, Nur Ramdhansyah A | Editor: Edy Can
JAKARTA. Pemerintah memangkas bea keluar minyak kelapa sawit mentah (Crude palm oli /CPO) menjadi 9% pada November 2012 mendatang. Sebelumnya, pada Oktober ini, pemerintah menetapkan tarif bea keluar sebesar 13,5%.
Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Deddy Saleh mengatakan, penurunan tarif bea keluar ini karena referensi harga rata-rata CPO pada Oktober menurun. "Harga referensi rata-rata bulan lalu sekitar US$ 840 per metrik ton," kata Deddy, Senin (29/10).
Tarif bea keluar CPO ini merupakan yang terendah selama dua tahun terakhir. Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi menambahkan, penurunan tarif bea keluar CPO untuk November karena faktor siklus. "Kemarin sedikit bagus produksinya, namun terjadi pelemahan ekomoni yang mengakibatkan penurunan permintaan," ujar Bayu.
Menurutnya, penurunan tarif bea keluar CPO ini berpotensi membuat pasokan minyak sawit mentah di pasaran meningkat. Oleh sebab itu, ia berharap agar hilirisasi industri didalam negeri seperti biofuel segera ditingkatkan.
Bayu menepis anggapan penurunan bea keluar CPO sebagai tindak balasan atas kebijakan pemerintah Malaysia yang menurunkan tarif bea keluar sebesar 8,5%. "Kami tidak gegabah dengan reaksi Malaysia. Kami mengeluarkan kebijakan ini karena masih optimis dan mampu memasok pasar CPO," katanya.
Pemerintah Malaysia memutuskan menurunkan tarif bea keluar pada 1 Januari 2013 sebesar 8,5% dari sebelumnya sebesar 23%. Malaysia berargumen, pemangkasan tarif bea keluar ini untuk merespon turunnya harga CPO dunia.
Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Fadhil Hasan mengatakan, penurunan tarif bea keluar ini tidak otomatis mendongkrak kinerja ekspor. Sebab, dia beralasan permintaan CPO dipengaruhi oleh kondisi perekonomian global.
Namun, hal berbeda diucapkan oleh MP Tumanggor, Komisaris PT Wilmar International. Dia yakin penurunan tarif bea keluar CPO akan membuat kinerja ekspor meningkat.
Sebagai gambaran saja, Wilmar International setiap tahun mengelola CPO sebanyak 4 juta ton-5 juta ton per tahun. Sebagian besar CPO yang dikelola oleh Wilmar International dibeli dari perusahaan perkebunan di Indonesia, sedangkan sebagian kecil atau sekitar 1 juta ton dihasilkan dari perkebunan sendiri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News