Reporter: Shintia Rahma Islamiati | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) optimistis perjanjian perdagangan bebas Indonesia–Uni Eropa (Indonesia–European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement/IEU-CEPA) akan mendongkrak ekspor alas kaki nasional ke pasar Eropa hingga 20% per tahun.
Ketua Umum Aprisindo Eddy Widjanarko mengatakan, saat ini produk alas kaki Indonesia yang masuk ke Eropa dikenakan bea masuk sekitar 9%–15%.
Jika IEU-CEPA resmi berlaku, tarif tersebut akan menjadi 0%, sehingga daya saing Indonesia setara dengan Vietnam yang lebih dulu menikmati fasilitas serupa.
Baca Juga: Tantangan dan Risiko Arus Impor AS ke Industri Alas Kaki
“Kalau IEU-CEPA bisa ditandatangani September tahun ini, kami jamin ekspor ke Eropa naik 20% per tahun,” ujarnya saat ditemui usai pembukaan ILF dan IGT Expo 2025 di Jakarta, Kamis (14/8/2025).
Eddy menjelaskan, ekspor alas kaki Indonesia saat ini bernilai sekitar US$ 7 miliar pada 2024, dengan target tumbuh 7%–8% menjadi US$ 7,5 miliar tahun ini.
Dengan tambahan akses pasar dari IEU-CEPA, nilai ekspor diyakini mampu menembus US$ 10 miliar dalam 3–4 tahun ke depan.
Selain menambah nilai ekspor, peningkatan permintaan juga akan berdampak pada penyerapan tenaga kerja.
Eddy memperkirakan tambahan ekspor tersebut bisa menciptakan minimal 300 ribu lapangan kerja baru, di luar sekitar 900 ribu tenaga kerja yang saat ini terserap di industri manufaktur alas kaki.
Eddy menambahkan, keberhasilan negosiasi IEU-CEPA tidak lepas dari dorongan Presiden Prabowo Subianto yang mampu mempercepat proses pembahasan. Padahal, negosiasi perjanjian ini telah berlangsung selama satu dekade tanpa hasil konkret.
Di sisi lain, ia mengingatkan pentingnya memperkuat industri bahan baku dalam negeri. Saat ini, sebagian besar bahan baku alas kaki masih diimpor.
Aprisindo pun mendapat arahan dari Kementerian Perindustrian untuk terus mendorong peningkatan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) agar ketahanan industri nasional lebih kuat.
Baca Juga: Tarif Tambahan AS Ancam 3,6 Juta Pekerja Tekstil dan Alas Kaki RI
“Kita punya lebih dari 90 pabrik besar di Jawa Tengah, bahkan ada yang luasnya mencapai 165 hektare. Tapi industri bahan bakunya masih kecil. Ini harus dibenahi,” kata Eddy.
Eddy juga menyoroti tantangan industri berupa maraknya impor alas kaki ilegal dan praktik dumping. Menurutnya, penertiban impor dan penguatan pasar domestik perlu berjalan beriringan dengan upaya membuka pasar ekspor.
Dengan kombinasi akses pasar baru, kebijakan protektif, dan penguatan industri hulu, Eddy optimistis Indonesia akan menjadi pusat produksi alas kaki global, bersaing dengan negara-negara pemasok besar seperti Vietnam, India, dan Kamboja.
Selanjutnya: Laba Produsen Bir Carlsberg Semester I 2025 Meleset dari Target, Saham Anjlok 7%
Menarik Dibaca: 4 Cara Memilih Face Oil Sesuai Jenis Kulit, Jangan Asal Pilih!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News