Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja anggota holding BUMN farmasi di tahun ini berasal dari produk yang berhubungan dengan pandemi Covid-19. Hal ini seperti obat penunjang penanganan Covid-19, alat rapid test, masker medis, hingga pengadaan vaksin Covid-19.
Hal tersebut diperkirakan akan berlanjut ke tahun depan, mengingat seluruh anggota holding BUMN Farmasi akan melakukan pengadaan vaksin Covid-19. Rinciannya, PT Bio Farma melakukan pengadaan vaksin dari Sinovac, PT Indofarma Tbk (INAF) dari Novavax, dan PT Kimia Farma Tbk (KAEF) dari G-42.
Tidak hanya itu, Indofarma juga akan memasok jarum suntik untuk vaksinasi. Di pastikan kinerja holding BUMN Farmasi dan market share perusahaan gabungan ini bakal menanjak di tahun depan.
Baca Juga: Tenaga kesehatan positif Covid-19, lima poli di RSUD Banyumas tutup sementara
Direktur Utama Bio Farma, Honeri Basyir menyatakan, pihaknya tetap optimistis meski saat ini banyak tantangan yang harus dihadapi selama pandemi Covid-19 bergulir.
"Jelas kalau berbicara revenue dan sales pasti tumbuh. Namun ada beberapa yang harus dipahami juga, bahwa industri farmasi di Indonesia masih bergantung pada impor bahan baku atau 90% bahan bakunya dipenuhi dari luar negeri," kata dia dalam konferensi pers MarkPlus Conference 2021 Lima Navigasi Menghadapi Tahun 2021 secara virtual, Rabu (9/12).
Pada masa pandemi ini, industri farmasi Indonesia memang menghadapi situasi pasokan bahan baku terbatas, namun di saat yang sama permintaan tumbuh. Konsekuensinya, biaya produksi dan harga jual menjadi naik.
"Jadi, meskipun sales tumbuh, margin tidak tumbuh signifikan," kata Honesti.
Di sepanjang semester I-2020, Honesti mengungkapkan penjualan perusahaan pada holding farmasi tumbuh signifikan. Namun, di semester II-2020 karena ekonomi global melandai dan beberapa hal lainnya terjadi, penjualan di paruh kedua tidak sama dengan sebelumnya.