Reporter: Vina Elvira | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ancaman krisis global yang terjadi belakangan ini membuat PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) menerapkan sejumlah langkah antisipasi. Krisis global yang terjadi berdampak pada kenaikan biaya supply chain yang berpengaruh terhadap beban operasional perusahaan.
Presiden Direktur Kalbe Farma Vidjongtius menyampaikan, untuk mengantisipasi efek terburuk dari krisis global tersebut, Kalbe menerapkan dua strategi, yakni meningkatkan stok persediaan serta terus mengupayakan efisiensi internal.
Meski dibayangi oleh krisis global yang mengakibatkan kenaikan inflasi di sejumlah negara, khususnya Amerika Serikat (AS) dan Eropa, kinerja ekspor KLBF dinilai tidak begitu terpengaruh oleh kondisi tersebut. Ini karena tujuan utama ekspor Kalbe bukan ke pasar AS dan Eropa.
Baca Juga: Tahun Ini, Kalbe Farma (KLBF) Kejar Pertumbuhan Penjualan 11%
"Tujuan utama di Asean dan beberapa negara Afrika jadi tidak terlalu langsung kena dampaknya," ujar Vidjongtius saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (2/10).
Mengutip catatan KONTAN, penjualan ekspor KLBF berkontribusi sebesar 5% dari total pendapatan. KLBF sendiri mematok penjualan ekspor mereka bisa menyentuh angka 10% dalam tiga sampai empat tahun mendatang.
Langkah ini telah diperkuat dengan ekspansi KLBF membentuk perusahaan patungan (Joint Venture-JV) di Filipina untuk melengkapi dan memperkuat distribusi produk di Filipina. Perjanjian ini telah ditandatangani pada 25 Agustus 2022 lalu.
Hingga Juni lalu, Kalbe Farma membukukan pendapatan sebesar Rp 13,87 triliun. Angka ini lebih tinggi 12,12% dibandingkan pendapatan pada Juni 2021 yang senilai Rp 12,37 triliun. Alhasil, laba bersih KLBF ikut terkerek sebesar 9,39% secara tahunan menjadi Rp 1,63 triliun pada paruh pertama 2022.
Hingga semester pertama tahun ini, penjualan domestik berkontribusi sebesar Rp 13,28 triliun atau setara 95%. Sementara penjualan ekspor sebesar Rp 645,99 miliar atau setara 5% terhadap pendapatan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News