Reporter: Vina Elvira | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan daur ulang botol plastik, PT Inocycle Technology Group Tbk (INOV) akan menjalankan bisnis secara konservatif untuk sisa tahun 2021 ini. Perusahaan pun sepakat hanya menargetkan pertumbuhan penjualan sekitar 10%-15% hingga penghujung tahun nanti.
"Untuk proyeksi hingga akhir tahun ini, kami optimis dan berharap dapat melanjutkan kinerja yang positif dengan target yang sama dengan pencapaian pada Semester I-2021 ini," ungkap Direktur Inocycle Technology Group Victor Choi kepada Kontan.co.id, Jumat (27/8).
Tren penggunaan produk daur ulang yang mengalami peningkatan cukup baik, disebut Victor sebagai salah satu katalis positif yang bisa dimanfaatkan INOV untuk mencapai kinerja bisnis terbaik di tahun ini.
Menurutnya, sudah semakin banyak perusahaan-perusahaan besar yang mulai menggunakan bahan dasar dari hasil daur ulang untuk memproduksi barang-barang mereka.
"Sehingga hal ini turut mendorong peningkatan permintaan produk daur ulang, hal ini juga sejalan dengan prediksi pasar global Polyester Staple Fiber (PSF) mencapai US$ 39,3 miliar di tahun 2025," sebut Victor.
Baca Juga: Inocycle Technology Group (INOV) ubah penggunaan dana hasil IPO
Sebagaimana diketahui, produk utama yang dihasilkan INOV memanglah merupakan serat ramah lingkungan atau serat stapel poliester daur ulang (Re-PSF), yang banyak digunakan sebagai bahan dasar sejumlah barang, seperti bahan isian boneka, jaket, dan juga sepatu.
Setiap tahunnya, INOV mampu mendaur ulang lebih dari 3 miliar botol plastik dari seluruh Indonesia.
Meskipun memiliki prospek bisnis yang cerah, sebagai perusahaan yang bergerak di bidang daur ulang, INOV pun masih dihadapkan dengan sejumlah tantangan. Di mana yang menjadi tantangan terbesar saat ini adalah belum optimalnya perhatian dari sektor formal seperti pemerintah terhadap industri daur ulang.
"Kami berharap ke depan akan lebih banyak perhatian dari level pemerintahan dan lembaga keuangan tingkat pemerintah untuk bisnis daur ulang di Indonesia," sambungnya.
Demi menggenjot laju bisnis di tahun ini, INOV pun terus gencar menjalankan berbagai strategi. Seperti misalnya melakukan diversifikasi produk homeware, dengan memproduksi kain bulu sintesis.
Sejalan dengan yang disampaikan dalam materi paparan publik, selain Re-PSF sebagai produk utama yang dihasilkan, INOV juga memproduksi berbagai jenis produk non-woven seperti padding, needle punch, dan geotextile thermal bonding yang merupakan bahan baku penting di berbagai industri.
Tak hanya itu, melalui anak usah Plasticpay, INOV terus melakukan ekspansi dengan menambah jumlah Mini Collection Point (MCP) untuk mengamankan pasokan bahan baku langsung dari penggunanya.
Di tahun ini INOV menganggarkan alokasi belanja modal atau capital expenditure (capex) sekitar Rp 125 miliar. Hingga semester I-2021, dana capex tersebut sudah terserap sebesar Rp 94 miliar.
Victor menyebut, sebagian besar alokasi dananya digunakan untuk pembukaan pabrik baru dan meningkatkan kapasitas fasilitas pencucian botol serta kapasitas produksi di beberapa kota.
"Kami melanjutkan melanjutkan pembangunan pabrik Re-PSF yang ada di Medan, Sumatra Utara, menambah serta washing facility di sekitar Makassar, Sulawesi Selatan," pungkasnya.
Hingga semester I-2021, INOV meraup penjualan senilai Rp 305,4 miliar. Angka penjualan itu meningkat 29,8% dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp 235,2 miliar.
Kenaikan penjualan mengerek laba laba bersih INOV. Di semester I-2021, laba bersih INOV meningkat 197,1% yoy menjadi Rp 7,9 miliar.
Selanjutnya: Berlina (BRNA) proyeksikan kinerja tumbuh 10% hingga akhir tahun 2021
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News