Reporter: Dimas Andi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kebijakan Energi Nasional (KEN) menargetkan bauran energi nasional 23% bersumber dari energi baru terbarukan (EBT) di tahun 2025 mendatang.
Pemerintah bersama PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) sudah merencanakan strategi untuk memenuhi aspek energi berkelanjutan dengan memanfaatkan dan mengembangkan EBT, khususnya potensi energi setempat di suatu daerah secara lebih luas.
Direktur Pembinaan Program Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Jisman Hutajulu menyampaikan, ada banyak tantangan yang akan dihadapi Indonesia dalam pengembangan EBT khususnya terkait peningkatan porsi energi tersebut di dalam bauran energi nasional.
Baca Juga: Pengembangan energi terbarukan tetap perlu dilakukan meski ada pandemi corona
“Dengan EBT ini, selain penghijauan yang diperoleh, kita menuju ke ketahanan energi melalui pemanfaatan sumber daya yang ada di negara kita, bukan impor,” ujar Jisman dalam siaran pers di situs Ditjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Selasa (9/6).
Asal tahu saja, kebijakan bauran EBT 23% ini telah diimplementasikan dalam Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) periode 2019-2038 yang menjadi dasar penyusunan Rencana Umum Ketenagalistrikan Daerah (RUKD), maupun Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN pada 2019-2028.
Pengembangan EBT yang berkelanjutan menjadi penting mengingat saat ini untuk menuju ketahanan energi, Indonesia perlu pemanfaatan energi setempat yang bersih. Selain itu, pembiayaan pembangunan proyek berbasis energi fosil seperti pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batubara juga sudah dihentikan oleh negara-negara pemberi modal
Jisman menyampaikan, EBT banyak berada di daerah-daerah remote di kepulauan yang belum terlistriki karena belum bisa dijangkau oleh jaringan PLN. Saat ini, terdapat 433 desa di Indonesia yang belum mendapatkan listrik.
“Kami coba menyalakan tahun ini. Karena desa-desa ini tersebar, maka diperlukan teknologi karena tidak bisa extension grid dari PLN. Paling cocok di sana adalah dengan mengembangkan energi setempat, yaitu EBT,” kata Jisman.
Tak ketinggalan, Jisman juga menjelaskan strategi pemerintah untuk mencapai target EBT 23% di dalam bauran energi nasional. Contohnya, pemerintah telah membuat program Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di daerah bekas tambang.
Baca Juga: ESDM pastikan fokus kembangkan EBT meski diterpa pandemi dan pelemahan harga minyak
Ada juga strategi berupa pengembangan PLTS terapung yang sudah dimulai dengan PLTS Terapung Cirata berkapasitas 145 MWp.
“Ke depan akan ada banyak dam yang kita gunakan untuk PLTS terapung. Juga ada Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Sidrap, Sukabumi, dan lainnya,” papar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News