Reporter: Filemon Agung | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelaku usaha menyebutkan sampai saat ini belum ada lagi investasi baru untuk smelter bauksit.
Sekjen Asosiasi Pengusaha Bauksit dan Bijih Besi Indonesia (APB3I) Ronald Sulistyanto mengungkapkan, masih diperlukan dukungan pemerintah untuk mendorong sektor bauksit.
"Pemerintah jangan (hanya) menegakkan aturan namun berimbas pada mangkraknya proyek," terang Ronald ketika dihubungi Kontan, Minggu (24/9).
Ronald menjelaskan, pemerintah perlu mendukung pelaku usaha dan bisnis bauksit.
Dukungan tersebut dapat berupa pemberian insentif maupun kebijakan yang membuat pelaku usaha bersemangat.
"Jangan sebaliknya, digertak (dengan) denda namun bukan mencari akar masalahnya," tambah Ronald.
Baca Juga: Nilai Residual Proyek Hilirisasi Mineral
Asal tahu saja, sebelumnya pemerintah secara resmi telah melarang ekspor bijih bauksit per 10 Juni 2023.
Sayangnya, industri dalam negeri dinilai belum siap menyerap seluruh produksi bijih bauksit dalam negeri.
Kontan mencatat, Menteri ESDM Arifin Tasrif mengungkapkan, pihaknya kini tengah melakukan peninjauan untuk memastikan pembangunan smelter berjalan optimal pasca larangan ekspor bijih bauksit diberlakukan.
"Ya sekarang kita mulai serius, Direktorat Jenderal Minerba lagi (meninjau) ke sana," kata Arifin kepada awak media di Kementerian ESDM, Jumat (4/8).
Arifin melanjutkan, jika ekspor bijih bauksit tetap diizinkan maka Indonesia berpotensi kehilangan potensi peningkatan nilai tambah. Apalagi, sumber daya bauksit pun memiliki batasan.
Arifin menegaskan, saat ini para perusahaan smelter mulai serius menggarap proyek pengolahan bijih bauksit.
Selain itu, Arifin tak menampik soal potensi penerapan indeks harga bijih bauksit pasca larangan ekspor diberlakukan.
Baca Juga: Hilirisasi Nikel Mentereng, Tembaga, dan Bauksit Minim Perhatian
"Semua komoditas-komoditas itu kan supaya kita punya pattern standard-nya lah," tegas Arifin.
Adapun, dari total 12 smelter bauksit yang direncanakan, sejauh ini baru 4 proyek smelter yang telah beroperasi.
Empat proyek ini terdiri dari fasilitas milik PT Indonesia Chemical Alumina memproduksi Chemical Grade Alumina (CGA), PT Bintan Alumina Indonesia produksi Smelter Grade Alumina (SGA), PT Well Harvest Winning Alumina Refinery (WHW), dan PT WHW Ekspansi juga memproduksi SGA.
Tak sampai di situ, tercatat 7 proyek yang ada menunjukkan perkembangan yang memprihatinkan.
Semula, Kementerian ESDM menerima laporan bahwa proyek-proyek tersebut telah mencapai tahapan pengerjaan di kisaran 33% hingga 60%. Akan tetapi, kondisi berbeda didapatkan dari hasil peninjauan langsung ke lokasi proyek.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News