Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Rerata pertumbuhan penjualan industri semen pada tahun lalu yang naik 8% dipertanyakan. Pasalnya, banyak distributor yang mengeluh stok semen menumpuk dan kesulitan ketika ingin menjual tumpukan sak semen tersebut.
Hal itu disampaikan oleh Ari Pitoyo, Chief Investment Officer Eastspring Investments Indonesia dalam paparannya dalam "Global and Local Market Outlook 2016" yang digelar Rabu (3/2).
Manager investasi harus cermat dalam mengolah data, pasalnya saat ini pasar sangat volatile. "Distributor bilang semua stok menumpuk, ini kan datanya masih conflicting. Apa benar pertumbuhan masih besar atau karena mungkin itu belum ke jual ?," ujarnya.
Ia menyatakan bahwa niat pemerintah untuk membangun infrastruktur pada tahun ini seharusnya memang mendorong emiten semen untuk memperbaiki kinerjanya. Pasalnya pembangunan infrastruktur akan dibarengi dengan tumbuhnya properti-properti yang saat ini merupakan konsumen utama emiten semen.
Selain itu, emiten semen bisa memanfaatkan perbaikan ekonomi dan iklim investasi dalam negeri. Dengan penurunan BI rate tentu akan terjadi penurunan KPR, dan akan meningkatkan permintaan terhadap rumah hunian. Hal ini akan menggenjot kinerja emiten semen.
Indonesia masih dianggap sebagai pasar yang menarik secara jangka pajang. Tahun ini tentunya pasar domestik masih bagus, data-data ekonomi yang keluar juga membaik. Sentimen dari dalam negeri masih positif, yang jadi soal saat ini adalah pelemahan yang terjadi di Tiongkok.
"Di Indonesia, aset dan valuasinya masih sangat menarik. Tapi bagaimana itu bereaksi terhadap Tiongkok? itu yang jadi pertanyaan. Kami masih yakin tahun ini pasar akan Bullish tapi tunggu devaluasi yang ada di Tiongkok dulu," lanjutnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













