kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Beras mahal, industri terigu tambah eksis


Senin, 16 Januari 2017 / 09:30 WIB
Beras mahal, industri terigu tambah eksis


Reporter: Umi Kulsum | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Industri makanan berbasis tepung terigu optimistis, pertumbuhan industri ini bisa positif pada tahun ini. Penyebabnya, mulai banyak masyarakat yang mengkonsumsi makanan berbasis tepung terigu, seperti mi instan.

Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) menilai, harga beras yang kian mahal memicu masyarakat Indonesia mulai menggeser konsumsi ke makanan berbahan baku tepung terigu.

"Mi instan paling laris karena murah dan praktis dan sudah menjadi makanan pokok," kata Ratna Sari Loppies, Direktur Eksekutif Aptindo ke KONTAN, Minggu (15/1).

Ratna merinci, total konsumsi tepung terigu tahun 2016 mencapai 6,02 juta ton atau tumbuh 6% ketimbang tahun 2015. Tahun ini ia memperkirakan, masih terjadi pertumbuhan di atas 6%. Dari total konsumsi tersebut, penggunaan terigu untuk mi mendominasi, yakni 60%.

Sementara sisanya untuk roti, biskuit, jajanan pasar dan penggunaan rumah tangga. Sedangkan pendistribusian terbesar pada pedagang pasar, UKM sebesar 70% dan sisanya untuk industri.

Pebisnis optimistis Melihat proyeksi bisnis tersebut, Franciscus Welirang, Kepala Divisi Bogasari Flour Mills, menyatakan, pihaknya juga akan terus menggenjot produksi tepung terigu pada tahun ini.

Tahun lalu, Bogasari memproduksi 3 juta ton tepung terigu. Dengan produksi tersebut, Bogasari menguasai 51% pangsa pasar Indonesia.

"Sejak 10 tahun belakangan kami selalu tumbuh 5%, tapi 2016 kemarin hanya di angka 4,7%. Tahun ini kami optimistis, bisa tumbuh di angka 5%." kata Franky, panggilan Franciscus kepada KONTAN, akhir pekan lalu.

Selain pasar dalam negeri, salah satu lini bisnis Grup Salim ini juga segera mengoptimalkan pasar ekspor. Maklum, kontribusi pasar ekspor Bogasari masih terbilang mini, yakni baru 1% dari total pendapatan.

Tahun lalu, Bogasari mengekspor tepung terigu sebanyak 60.000 ton. "Ekspor akan kami tambah 5.000 ton lagi, menjadi 65.000 ton pada tahun ini," tandas Franky.

Saat ini Bogasari sudah mengekspor terigu ke beberapa negara di Asia Tenggara, seperti Singapura, Timor Leste, Filipina, Myanmar dan Jepang. Menurut Franky, pihaknya bakal mengekspor terigu ke negara lain.

"Tidak ada batasan, kami akan terus penetrasi pasar ekspor ke semua negara tujuan," ujarnya.

Sementara pemain lain yang belum lama masuk ke industri tepung terigu yakni PT Bungasari Flour Mills Indonesia sudah bisa merasakan sedapnya bisnis tepung terigu. Perusahaan yang baru mendirikan pabrik pada tahun 2014 ini, di tahun lalu sudah bisa mencuil sekitar 6,4% pasar tepung terigu nasional.

Budianto Wijaya, Direktur Penjualan dan Pemasaran Bungasari Flour Mills, optimistis, penjualan tepung terigu perusahaan ini bisa melaju. Sayang, ia tidak merinci besarannya.

"Sektor makanan pendongkrak (bisnis) kami. Seperti mi, biskuit dan sebagainya. Kami optimistis, apalagi saat ini konsumen di Indonesia banyak yang mencari makanan pengganti beras," kata Budianto Wijaya, ke KONTAN, pekan lalu.

Tahun lalu, Bungasari Mills memproduksi sekitar 39.000 ton sampai 40.000 ton per bulan. Selain pasar dalam negeri, perusahaan ini juga tengah berupaya menggenjot pasar ekspor. Maklum, ekspor baru berkontribusi sekitar 5% dari total pendapatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×