kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Beroperasi mulai Oktober, TPPI genjot Kilang Tuban


Kamis, 17 September 2015 / 10:56 WIB
Beroperasi mulai Oktober, TPPI genjot Kilang Tuban


Reporter: Azis Husaini, Febrina Ratna Iskana | Editor: Havid Vebri

JAKARTA. PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) siap beroperasi lagi mulai Oktober 2015. Perusahaan yang memiliki kilang di Tuban, Jawa Timur ini bahkan sudah menyiapkan rencana kerja dan target bisnis pasca beroperasi.

Wakil Presiden Direktur TPPI Basya G. Himawan, mengungkapkan, ada dua rencana kerja yang tengah dipersiapkan manajemen TPPI pasca Pertamina mengakuisisi 22% saham Agro Capital BV dan Agro Glochemical Indotama di TPPI.

Langkah pertama: secepatnya mengoperasikan Kilang Tuban yang telah berhenti  beroperasi sejak Mei 2012 lalu. Jika Kilang Tuban beroperasi, harapannya, perusahaan ini bisa segera mendulang pendapatan normal. "Kami ingin segera beroperasi agar bisa mendapatkan pendapatan, karena kami kan memiliki kewajiban pembayaran utang kepada Pertamina, SKK Migas, dan pihak lainnya," ujar Basya kepada KONTAN Selasa (15/9).

Dalam catatan KONTAN, kewajiban pembayaran utang (PKPU) tanggal 26 September 2012, TPPI memiliki kewajiban membayar utang kepada Pertamina, dan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dalam jangka waktu sekitar 10 hingga 15 tahun. (lihat boks: Pertamina Tak Terbebani Utang TPPI)

Dalam hitungan Basya, jika TPPI ingin segera menyelesaikan utang ke kreditur, plus bisa memiliki dana operasional sendiri, TPPI harus memiliki pendapatan kurang lebih sekitar US$ 15 juta per bulan.

Dengan marjin sebesar ini TPPI optimistis bisa mengangsur kewajiban. "Tahun depan target pendapatan sebesar itu sudah sangat bagus bagi TPPI. Tetapi itu dengan kondisi market tahun depan sama dengan tren akhir-akhir ini," kata Basya.

Kedua, dalam jangka menengah, TPPI berencana membangun kilang olefin. Saat ini TPPI baru memiliki kilang aromatik yang  memproduksi mogas untuk kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) di dalam negeri,  seperti premium, pertalite, dan pertamax.

Basya menyebut, target kilang olein ini bisa dibangun dalam dua sampai tiga tahun ke depan. Dalam hitungan kasar, dana investasi yang dibutuhkan TPPI untuk pembangunan kilang olefin ini mencapai US$ 500 juta sampai US$ 1 miliar.

Soal pendanaan pembangunan kilang diharapkan bisa didapatkan dari pinjaman perbankan serta setoran modal pemegang saham yakni Pertamina dan pemegang saham lain. "Dalam master plan memang ada rencana pembangunan pabrik olefin dulunya seperti itu. Namun saat ini yang paling utama dan berguna adalah pengembangan pabrik olefin dan downstream lainnya," ujar Basya tanpa memerincinya.

Pertamina dipastikan menjadi calon tunggal investor TPPI. Pasalnya, Medco Grup yang sebelumnya berencana masuk TPPI memilih mundur lantaran pemerintah memutuskan untuk memprioritaskan  perusahaan negara itu.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Energi dan Mineral IGN Wiratmaja berharap, beroperasinya Kilang Tuban mampu mengurangi impor BBM Pertamina. "Impor BBM kita bisa berkurang dengan beroperasinya kilang itu," kata dia.

Wiratmaja bilang, Pertamina mematok kilang TPPI bisa menghasilkan BBM 20.000 barel per hari pada awal masa produksinya. Saat ini kapasitas produksi tersebut nantinya akan terus ditingkatkan menjadi sekitar 50.000-55.000 barel per hari.                         

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×