kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Berpotensi ungkit ekonomi nasional, KKP dorong pengembangan rumput laut


Rabu, 16 Juni 2021 / 18:28 WIB
Berpotensi ungkit ekonomi nasional, KKP dorong pengembangan rumput laut
ILUSTRASI. Ilustrasi budidaya rumput laut


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor kelautan dan perikanan bisa menjadi pengungkit ekonomi nasional di tengah pandemi Covid-19.

Optimisme tersebut diungkapkan Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Artati Widiarti saat membuka webinar Tropical Seaweed Innovation Network (TSIN) series bertajuk "Mengenal Lebih Dekat Keanekaragaman Rumput Laut di Indonesia", Selasa (15/6/2021). 

Menurutnya, rumput laut merupakan salah satu sumber daya hayati yang sangat melimpah di perairan Indonesia. Bahkan jumlahnya mencapai 8,6% dari total biota di laut. Luas wilayah habitat rumput laut di Indonesia mencapai 1,2 juta hektare atau terbesar di dunia. 

"Ini baru dari komoditas rumput laut, potensi sektor kelautan dan perikanan sudah sedemikian luar biasa," kata Artati dalam keterangannya. 

Baca Juga: Teten dukung inovasi koperasi dan UMKM berbasis ekonomi kreatif di Klungkung

Tak hanya itu, mengutip paparan Tri Handayani, peneliti dari Pusat Penelitian Oseanografi LIPI yang menyebutkan bahwa saat ini Indonesia memiliki kekayaan makroalga sebanyak 89 suku (familia), 268 marga (genus) dan 911 jenis (species). 

Dari sekian jenis, rumput laut dari kelas alga merah (Rhodophyta) menempati urutan terbanyak dari jumlah jenis yang tumbuh di perairan laut Indonesia yaitu sekitar 564  jenis, disusul alga hijau (Chlorophyta) sekitar 201 jenis dan alga coklat (Ochrophyta) sekitar 146. 

"Keberlimpahan sumber daya hayati rumput laut ini tentunya merupakan anugerah bagi bangsa Indonesia yang dapat didayagunakan sebagai penggerak ekonomi nasional, penyedia lapangan kerja, penghasil devisa serta menjadi sumber pangan dan gizi nasional," urai Artati. 

Dalam kesempatan ini, Artati menegaskan riset dan inovasi adalah kunci peningkatan daya saing di pasar global. Karenanya, keberadaan TSIN yang beranggotakan para peneliti, pakar dan praktisi rumput laut di Indonesia, bisa menjadi kekuatan guna menjembatani antara inovasi dan industri, agar komersialisasi hasil riset dan inovasi rumput laut dan dapat terwujud. 

"Untuk memperkuat posisi dan peran TSIN dalam perumput lautan Indonesia perlu diupayakan agar TSIN menjadi sebuah lembaga yang akan mengawal percepatan industrialisasi dan peningkatan daya saing rumput laut Indonesia," tegasnya. 

Baca Juga: Dorong pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Limapuluh Kota, Jerry desak implementasi SRG

Melalui sinergitas riset, inovasi dan penerapan di lapangan, Artati meyakini Indonesia bisa menjadi pemain utama dalam industri rumput laut dunia. Terlebih proyeksi permintaan rumput laut negara-negara Asia Pasifik sebagai pasar terbesar, mencapai US$ 23,04 miliar di tahun 2027. 




TERBARU

[X]
×