Reporter: Issa Almawadi | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Trasformasi terus dilakukan oleh PT Semen Gresik Tbk (SMGR). Pasca menjadi menjadi PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) atau holding perusahaan semen, perubahan terus dilakukan.
Perusahaan hasil merger dua perusahaan semen, yakni PT Semen Tonasa dan PT Semen Padang itu kini bersiap melakukan pengalihan pengalihan aset operasional dari Semen Indonesia ke Semen Gresik pada akhir tahun 2016 ini.
Sunardi Prionomurti, Direktur Utama Semen Gresik mengatakan, pihaknya akan menerima alih kelola empat pabrik di Tuban dan satu pabrik di Rembang. "Kelak, kami akan mengelola aset tersebut. Sementara Semen Indonesia akan fokus menjadi holding perusahaan semen negara," tutur Sunardi, Jumat (10/6).
Saat ini, pabrik semen di Rembang masih dalam tahap pembangunan. Sunardi sudah memperkirakan total aset Semen Gresik kelak akan menjadi Rp 5 triliun. Perinciannya: sebesar Rp 3 triliun dari aset yang dikelola saat ini, dan Rp 2 triliun lagi setelah pabrik Rembang kelar.
Adapun total kapasitas produksi Semen Gresik nantinya akan naik menjadi 16,5 juta ton per tahun. "Dari empat pabrik Tuban kapasitas kami 13,5 juta ton. Nanti ditambah Rembang yang akan beroperasi kuartal empat sebesar 3 juta ton," Sunardi menjelaskan.
Khusus untuk pembangunan pabrik semen di Rembang, progresnya secara fisik sudah mencapai 90%. Agar memperlancar pembangunan, Semen Gresik telah mengantongi pinjaman sebesar Rp 3,46 triliun. Pinjaman tersebut merupakan bagian dari total pinjaman Semen Gresik dari Bank Mandiri yang sebesar Rp 3,9 triliun.
Riskan Chandra, Direktur Utama Semen Indonesia menyebutkan, saat ini, Semen Indonesia sedang getol membentuk sub holding. Selain Semen Gresik yang akan mengelola lima pabrik di Jawa, Semen Indonesia sedang mempersiapkan beberapa sub holding lainnya.
"Nanti ada Semen Indonesia Internasional yang akan jadi sub holding untuk usaha kami di luar negeri. Kami juga membentuk Semen Indonesia Beton sebagai sub holding down stream," kata Riskan.
Aksi yang sedang dilakukan Semen Indonesia tersebut menjadi bagian dan upaya menghadapi persaingan industri semen yang makin keras. Apalagi, belakangan banyak perusahaan semen asing sudah merangsek pasar Indonesia. Tapi, menurut Sunardi, pihaknya tak khawatir, karena brand image Semen Indonesia Group sudah dikenal di pasar Indonesia.
Selain itu, lanjutnya, Semen Indonesia Group telah memiliki infrastruktur di seluruh Indonesia. "Sesuai dengan karakteristik industri semen, jika punya infrastruktur maka dia pasti bisa bertahan," ujarnya.
Namun begitu, Riskan mengakui, perusahaan semen asing unggul dalam hal biaya produksi serta beban utang yang lebih baik dari perusahaan semen nasional. Maka itu, Riskan berharap, Semen Indonesia Grup bisa menjaga beban–beban tersebut bisa lebih ringan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News