kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bersiap penuhi permintaan pasar, Surya Biru Murni Acetylene (SBMA) kerek produksi


Senin, 13 September 2021 / 14:35 WIB
Bersiap penuhi permintaan pasar, Surya Biru Murni Acetylene (SBMA) kerek produksi
ILUSTRASI. Fasilitas produksi?gas PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk.


Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk (SBMA), produsen gas industri, optimis bisnisnya ke depan akan kian meningkat pesat seiring dengan permintaan yang terus mengalir.

Hal ini sejalan dengan kenaikan aktivitas tambang batubara dan migas yang terjadi saat ini. Seperti yang diketahui, saat ini harga batubara mencapai US$ 150 per metrik ton dan diperkirakan akan meningkat pesat.

Direktur Operasional SBMA Iwan Sunyoto mengatakan, untuk memenuhi kebutuhan pasar yang diperkirakan akan terus meningkat, SBMA siap meningkatkan volume produksinya dari 2 juta liter per tahun menjadi 10 juta liter per tahun atau naik lima kali lipat.

Untuk itu, SBMA siap menambah tiga unit lorry tank, 50 tabung vgl oxygen, dan investasi 5.000 tabung. Manajemen SBMA lantas mengalokasikan dana sebesar 37% dari hasil initial public offering (IPO) atau penawaran umum perdana yang dilakukan pada 8 September 2021 kemarin.

Baca Juga: Surya Biru Murni Acetylene (SBMA) targetkan penjualan Rp 83 miliar hingga akhir 2021

"Kami yakini pemakaian produk gas industri untuk menunjang kegiatan operasional tambang pasti akan tumbuh dengan pesat," ujar Iwan dalam keterangan pers yang diterima Kontan.co.id, Senin (13/9).

Perusahaan yang menjadi market leader untuk produk tabung migas, minerba, dan petrokimia ini berharap dengan kapasitas produksi yang ditingkatkan bisa memenuhi kebutuhan pelanggannya, sehingga produktivitasnya turut meningkat. Terdapat beberapa produk SBMA yang paling banyak diminati pasar, yaitu oksigen, asetilen, argon, nitrogen, dan karbondioksida.

Mengacu pada penjualan tahun lalu, segmen pasar yang paling banyak melakukan pesanan (order) gas pada SBMA adalah industri tambang sebesar 26%, Engineering Procurement and Constuction (EPC) sebesar 11%, dan reseler 11%. Kemudian, industri migas, industri permesinan dan baja, serta industri galangan kapal masing-masing 10%. Untuk industri Petrokimia menyerap 20%, rumah sakit 2%, dan laboratorium 7%.

Manajemen SBMA menyebut, permintaan dari pasar konstruksi atau EPC terus menunjukkan pertumbuhan yang semakin meningkat. Hal ini terjadi seiring dengan mulai bergairahnya kembali project RDMP atau Refinery Development Master Plan PT Pertamina (Persero) setelah sempat melambat sewaktu gelombang kedua pandemi Covid 19 di Mei, Juni, dan Juli lalu.

 

"Jenis produk yang harus disiapkan oleh SBMA untuk mendukung proyek RDMP ini adalah jenis Argon, Oxygen, dan Acetylene," terang Iwan.

Saat ini, SBMA memiliki enam jaringan transportasi dan distribusi yang tersebar di seluruh Kalimantan seperti di Samarinda, Berau, Bontang, Tarakan, Tanjung, dan Nunukan.

Dengan memanfaatkan dana hasil IPO, SBMA akan menambah jumlah stasiun-stasiun distribusi berupa filling station dan distribution hub di beberapa titik yang berdekatan dengan pelanggannya.

Diharapkan penambahan fasilitas tersebut bisa mendukung kelancaran penyaluran gas kepada pelanggan yang selama ini hanya mengandalkan enam jaringan yang ada. Beberapa pelanggan loyal SBMA antara lain PT Pertamina (Persero), PT Pupuk Kalimantan Timur, PT Pama Persada Nusantara, PT Darma Henwa, PT Kukar Mandiri Shipyard, dan PT Trakindo Utama.

Selanjutnya: Harga minyak capai level tertinggi dalam satu minggu, WTI tembus US$ 70 per barel

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×