kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.904.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.800   4,00   0,02%
  • IDX 6.262   8,20   0,13%
  • KOMPAS100 896   3,65   0,41%
  • LQ45 707   -0,42   -0,06%
  • ISSI 194   0,88   0,46%
  • IDX30 372   -0,72   -0,19%
  • IDXHIDIV20 450   -1,01   -0,22%
  • IDX80 102   0,35   0,35%
  • IDXV30 106   0,47   0,45%
  • IDXQ30 122   -0,87   -0,70%

Biaya logistik industri di Indonesia mencapai 15%-17%


Senin, 13 Juni 2011 / 12:09 WIB
Biaya logistik industri di Indonesia mencapai 15%-17%
ILUSTRASI. Kasus virus corona di India tembus 4 juta


Reporter: Sofyan Nur Hidayat | Editor: Test Test

JAKARTA. Pemerintah harus mempercepat penyelesaian masalah infrastruktur dan logistik untuk mendukung pertumbuhan industri. Selama ini, biaya logistik menjadi salah satu komponen pengeluaran terbesar industri di dalam negeri.

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Perdagangan, Distribusi dan Logistik, Natsir Mansyur mengatakan, biaya logistik di Indonesia lebih dari 15% biaya yang dikeluarkan industri. Padahal di negara lain seperti Jepang, biaya logistik hanya sekitar 5%. "Biaya logistik yang tinggi melemahkan daya saing industri kita," kata Natsir dalam acara Breakfast Meeting dengan pelaku industri di Kementerian Perindustrian, akhir pekan lalu.

Menurut Natsir, yang mempengaruhi tingginya ongkos logistik bukan cuma kendala infrastruktur jalan, tapi juga hal lain, seperti minimnya sarana gudang, kapal dan pelabuhan. Minimnya ketersediaan kapal misalnya, telah menimbulkan kemacetan panjang di Pelabuhan Merak menuju Bakauheni belum lama ini. Akibat kemacetan itu, biaya logistik menjadi sangat mahal, sehingga menyebabkan kenaikan harga barang di Sumatra hingga 30%.

Ketua Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) Gunadi Sinduwinata mengatakan, selama ini masyarakat cenderung mencari jalan sendiri untuk mengatasi kendala infrastruktur. Misalnya, untuk menghindari kemacetan, banyak masyarakat beralih menggunakan sepeda motor. Alhasil, kondisi itu juga semakin menambah parah kemacetan yang sudah terjadi.

Pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia M. Chatib Basri meminta pemerintah selama satu tahun ini fokus menyelesaikan persoalan infrastruktur dan logistik. Hal itu menurutnya harus didukung oleh semua kementerian.

Menteri Perindustrian M.S. Hidayat mengatakan, selama ini biaya logistik di Indonesia mencapai 17%. Padahal agar bisa bersaing, biaya logistik harus lebih rendah. "Idealnya di bawah 10%, karena negara kompetitor di bawah itu semua," kata Hidayat. Sayangnya, kata Hidayat, pihaknya tak bisa berbuat banyak, karena persoalan infrastruktur bukan wewenangnya. "Hanya 20% persoalan infrastruktur yang menjadi wewenang kami," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×