kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.950.000   -9.000   -0,46%
  • USD/IDR 16.378   -34,00   -0,21%
  • IDX 7.504   -11,44   -0,15%
  • KOMPAS100 1.056   -4,21   -0,40%
  • LQ45 790   -6,62   -0,83%
  • ISSI 254   0,41   0,16%
  • IDX30 411   -3,85   -0,93%
  • IDXHIDIV20 469   -4,76   -1,00%
  • IDX80 119   -0,61   -0,51%
  • IDXV30 123   -0,93   -0,75%
  • IDXQ30 131   -1,44   -1,08%

Biaya Pasca Pembelian Jadi Faktor Turunnya Penjualan Properti Hunian


Rabu, 06 Agustus 2025 / 18:28 WIB
Biaya Pasca Pembelian Jadi Faktor Turunnya Penjualan Properti Hunian
ILUSTRASI. Suasana perumahan bersubsidi di Bogor, Jawa Barat, Senin (7/8/2023). Realisasi bantuan pembiayaan rumah bersubsidi untuk masyarakat berpenghasilan rendah melalui fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan atau FLPP hingga 7 Juli 2023 tercatat 103.749 unit. Penyerapan FLPP itu baru sekitar 47,15% dari target FLPP tahun ini sebesar 220.000 unit hunian. (KONTAN/Baihaki)


Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lesunya pasar properti hunian tak cukup diatasi dengan keringanan biaya pembelian. Pasalnya, konsumen turut memperhitungkan beban biaya yang perlu digelontorkan setelah memiliki unit. 

Survei Harga Properti Residensial (SPHR) Bank Indonesia (BI) menunjukkan terjadi penurunan penjualan properti hunian sebesar 3,80% secara tahunan (YoY) pada kuartal II-2025. Wakil Ketua Umum DPP Real Estate Indonesia (REI) Bambang Ekajaya menyebut, penurunan tersebut memang sejalan dengan lesunya sektor secara keseluruhan. 

“Industri properti masih dibayangi berbagai masalah. Investasi, buruh, perizinan, dan lainnya. Ini memang potret muram saat ini yang perlu diperbaiki,” kata Bambang kepada Kontan, Rabu (6/8/2025). 

Bambang bilang sejatinya properti hunian telah mendapat sokongan dari berbagai stimulus yang disuntikkan pemerintah. Di antaranya PPN DTTP (Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah) 100% yang berlanjut hingga akhir tahun dan kenaikan kuota FLPP hingga 350.000 unit.

Baca Juga: Survei BI: Harga Properti Hunian pada Kuartal II-2025 Tumbuh Terbatas

Namun, ia menilai jika stimulus hanya diarahkan untuk proses pembelian, penjualan properti hunian tetap akan sulit bertumbuh. Pasalnya, keputusan membeli konsumen juga dipengaruhi dengan perhitungan biaya setelah memiliki unit. 

“Pemda (pemerintah daerah) juga perlu mendukung, tidak hanya dijadikan sapi perah APBD dengan PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) yang terus naik,” kata Bambang. 

Dalam hal ini, ia bilang pemda bisa turut menurunkan BPHTB (Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan) umum dari 5% menjadi 2,5% untuk meringankan harga beli properti oleh konsumen. Dengan begitu, transaksi bisa meningkat baik di pasar primary maupun secondary. 

Baca Juga: Bantu Dorong Minat Beli, AREBI Sambut Positif PPN DTP 100%

Dorongan untuk penjualan properti secara keseluruhan menurut Bambang menjadi penting. Pasalnya, sektor ini mengandalkan banyak sumber daya dalam negeri. 

“Dari praktisi desain, tenaga kerja, sampai bahan material bangunan itu hampir 100% dari dalam negeri. Dengan kata lain, sektor ini menjadi salah satu pilar utama pertumbuhan ekonomi Indonesia,” katanya. 

Baca Juga: Penjualan Properti Hunian Kuartal II-2025 Turun, Ini Penyebabnya

Selanjutnya: APPBI Gelar Indonesia Shopping Festival 2025, Targetkan Transaksi Rp 23 Triliun

Menarik Dibaca: Peringatan Dini BMKG Cuaca Besok di Jakarta & Sekitarnya, Hujan Sangat Lebat di Sini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×