kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.914.000   -1.000   -0,05%
  • USD/IDR 16.375   30,00   0,18%
  • IDX 7.615   71,26   0,94%
  • KOMPAS100 1.060   12,24   1,17%
  • LQ45 803   8,71   1,10%
  • ISSI 254   2,19   0,87%
  • IDX30 416   4,77   1,16%
  • IDXHIDIV20 477   5,07   1,07%
  • IDX80 120   1,30   1,09%
  • IDXV30 123   1,76   1,45%
  • IDXQ30 132   1,14   0,87%

Bisnis Air Minum Isi Ulang Makin Melesat, Asdamindo Beberkan Tantangannya


Senin, 28 Juli 2025 / 22:33 WIB
Bisnis Air Minum Isi Ulang Makin Melesat, Asdamindo Beberkan Tantangannya
ILUSTRASI. Pekerja mengisi galon di depot air minum isi ulang di Pondok Aren, Tangerang Selatan. Penjualan DAMIU meningkat, apalagi di daerah-daerah yang telah menerapkan kebijakan pengurangan penggunaan kemasan plastik dan mendorong penggunaan tumbler. (KONTAN/Carolus Agus Waluyo)


Reporter: Shintia Rahma Islamiati | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Tren bisnis depot air minum isi ulang (DAMIU) terus menunjukkan pertumbuhan positif sepanjang semester I-2025. Namun, perkembangannya masih menghadapi sejumlah tantangan.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Depot Air Minum Isi Ulang Indonesia (Asdamindo), M Imam Mahfudin Noor, mengungkapkan peningkatan ini dipengaruhi oleh keterbatasan akses air bersih di masyarakat serta kondisi ekonomi yang mendorong konsumen mencari alternatif air minum yang lebih terjangkau.

“Penjualan DAMIU meningkat, apalagi di daerah-daerah yang telah menerapkan kebijakan pengurangan penggunaan kemasan plastik dan mendorong penggunaan tumbler. Masyarakat kini lebih memilih mengisi ulang tumbler dengan air isi ulang,” jelas Imam kepada Kontan, Senin (28/7).

Baca Juga: Pelaku Usaha Depot Air Minum Isi Ulang Perlu Pahami Pentingnya Standar Produk

Namun, di balik pertumbuhan tersebut, masalah higienitas masih membayangi industri ini. Imam mengakui masih banyak depot yang belum memenuhi standar higienis dan sanitasi yang telah ditetapkan. 

Permasalahan umum yang ditemukan mencakup tidak dilakukannya uji laboratorium fisika, kimia, dan bakteriologi, serta kurangnya perawatan mesin dan kebersihan lingkungan.

“Asdamindo memang rutin melakukan pembinaan lewat seminar, pelatihan, advokasi, hingga kunjungan lapangan, namun upaya ini masih terbatas pada anggota asosiasi, yang saat ini baru sekitar 3% dari total DAMIU di Indonesia,” ujar Imam. 

Ia pun mendorong pemerintah, khususnya Dinas Kesehatan, untuk memperketat pengawasan, mengingat masih banyak DAMIU di kota-kota besar seperti Jakarta yang belum memenuhi standar higienitas.

Sebagai bagian dari upaya peningkatan kualitas, Asdamindo telah menyelenggarakan roadshow seminar dan pelatihan manajemen higienis dan sanitasi di berbagai kota secara gratis. 

Baca Juga: Industri Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) Banyak yang Belum Penuhi Standar Sanitasi

Selain itu, asosiasi juga melakukan sosialisasi terkait legalitas perizinan usaha. Bagi depot yang masih ditemukan melanggar, akan diberikan peringatan hingga sanksi berupa penutupan sementara.

Melihat tren permintaan yang terus meningkat, Imam optimistis prospek bisnis DAMIU akan semakin cerah hingga akhir 2025. Selain untuk kebutuhan minum, masyarakat kini mulai memanfaatkan air isi ulang untuk keperluan memasak.

Sementara itu, terkait persaingan dengan produsen air minum dalam kemasan (AMDK), Imam menilai keduanya memiliki pangsa pasar yang berbeda dan tidak saling tumpang tindih.

“Pelanggan DAMIU mayoritas dari kalangan menengah ke bawah, sementara AMDK menyasar konsumen menengah ke atas atau mereka yang sedang bepergian. Jadi bukan pesaing, justru kami ingin terus berdampingan dan saling mendukung,” tutupnya.

Selanjutnya: PM Malaysia Tiba di Indonesia, Siap Gelar Pertemuan dengan Prabowo

Menarik Dibaca: Hingga 35% Bayi Umur 9-12 Bulan Mengalami Ruam Popok

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×