kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis alat berat pada 2020 masih terdampak pelemahan harga batubara


Rabu, 29 Januari 2020 / 21:31 WIB
Bisnis alat berat pada 2020 masih terdampak pelemahan harga batubara
ILUSTRASI. Produksi Alat Berat: Alat berat di tempat penyimpanan di Surabaya, beberapa waktu lalu.


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis alat berat masih memperlihatkan gerak yang melambat di tahun ini lantaran sektor penyerap terbesarnya yakni tambang batubara masih lesu. Oleh karena itu, para pelaku usaha alat berat mulai melakukan diversifikasi bisnis dan penguatan segmen bisnis lainnya.

Dari segi produksi, Jamaluddin, Ketua Himpunan Alat Berat Indonesia (Hinabi) memproyeksikan akan mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. "Diperkirakan ada sedikit turun sekitar 7% dibandingkan tahun 2019," sebutnya kepada KONTAN, Rabu (29/1).

Baca Juga: United Tractors Menahan Ekspansi, Begini Rekomendasi Analis untuk Saham UNTR

Mengenai capaian tahun lalu angkanya diakui belum final, Hinabi sempat mematok target produksi sekitar 6.000 unit di tahun lalu. Sepanjang triwulan ketiga 2019 Hinabi mencatat produksi alat berat dalam negeri sebesar 4.688 unit dimana dominasi terbesar dari dump truck sebanyak 4.210 unit.

Pelemahan sektor batubara pun diakui distributor eskavator merek Komatsu, PT United Tractors Tbk (UNTR) mempengaruhi proyeksi penjualan perseroan di tahun ini.
Sara Loebis, Corporate Secretary UNTR membenarkan bahwa manajemen hanya mematok volume penjualan untuk eskavator tersebut kisaran 2.900 - 3.000 unit di sepanjang tahun ini.

Jumlah tersebut terbilang konservatif karena menyamai angka penjualan UNTR di tahun ini yang berada pada kisaran level 2.900 unit. Meski sektor batubara melemah, perusahaan masih melihat kesempatan yang baik dengan kebutuhan proyek infrastruktur akan alat berat.

Baca Juga: Pembiayaan alat berat diprediksi masih sulit tumbuh tahun ini

Selain itu, perusahaan tetap berusaha mengerek kinerja bisnisnya dengan mendorong segmen lain. "Selain penjualan alat berat, kontribusi lain yang diandalkan adalah layanan purna jual. Jadi keduanya saling menunjang untuk kinerja perusahaan," terang Sara kepada KONTAN, Rabu (29/1).

Hal senada juga dilakukan PT Hexindo Adiperkasa Tbk (HEXA), distributor alat berat itu menyadari bahwa tahun ini sektor bisnis alat berat belum mengalami kenaikan signifikan. Oleh karena itu, demi meningkatkan kinerjanya, perusahaan tetap mengoptimalkan beberapa lini usaha salah satunya layanan purna jual. 

Baca Juga: Realisasi Produksi Darma Henwa di 2019 Naik, Tetapi Masih Di Bawah Target

Djonggi Gultom, Presiden Direktur HEXA mengatakan kondisi pasar alat berat di tahun 2020 diperkirakan tak jauh beda dengan tahun sebelumnya. Dimana para perusahaan pertambangan khususnya di batu bara belum banyak melakukan investasi baru alias pembelian alat berat baru.

"Kami akan perkuat layanan purna jual kami, mengingat kebutuhan service dan sparepart masih tinggi," sebut Djonggi. Dari segi volume penjualan, untuk eskavator saja perseroan hanya membidik 1.916 unit saja untuk tahun fiskal April 2019 sampai Maret 2020.

Volume penjualan tersebut turun 7,4% dibandingkan tahun fiskal sebelumnya. Namun manajemen menyebutkan harga alat berat mengalami penyesuaian, sehingga kenaikan harga diperkirakan berimbas pada kenaikan pendapatan.

Baca Juga: Rumah Sakit Wuhan dengan 1.000 tempat tidur ditargetkan selesai pada 3 Februari 2020

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×