Reporter: Agung Hidayat | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Minum kopi saat ini sudah semakin praktis dengan ragamnya pilihan, mulai dari jenis sachet maupun ready to drink (RTD). Seiring dengan ramainya brand produk ini, segmen olahan kopi diketahui terus berkembang pesat.
Menurut Adhi S. Lukman, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) secara umum semua produk makanan dan minuman (mamin) olahan kopi sampai saat ini masih bertumbuh dibawah rata-rata sektor mamin, yakni hanya dibawah 5% setiap tahunnya.
"Namun khusus untuk sachet pertumbuhannya lebih baik ketimbang RTD, mungkin karena variannya yang banyak," ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (28/12).
Pelaku industri dinilai inovatif dalam mengolah varian rasa, sehingga pertumbuhan permintaan di produk sachet dapat naik secara signifikan. Sayangnya Adhi tidak punya data yang rinci terkait jenis produk ini, namun memandang tahun 2019 segmen produk kopi sachet masih berpeluang untuk bertumbuh.
Seiring mendekati tahun politik yang diramaikan kegiatan kampanye, meski tidak terlalu signifikan, Adhi menilai konsumsi di tengah masyarakat masih berpeluang untuk terus berkembang. Dari nilai industri mamin yang tiap tahunnya berkisar Rp 1.700, segmen olahan kopi secara umum masih mencuil kurang dari 10% saja.
Trend kedepannya, para pelaku bisnis kopi sachet akan berlomba-lomba meluncurkan rasa atau aroma yang unik. "Yang menang tentu yang dapat terus menciptakan varian baru," kata Adhi.
Sementara itu produsen kopi sachet seperti PT Mayora Indah Tbk (MYOR) baru saja meluncurkan varian dari Torabika Kopi Susu dan Espresso. Guna berkompetisi dipasar yang beragam, perseroan bakal menambah kapasitas produksi kopi sachet bersamaan dengan produk biskuit dan wafer.
Sekretaris Perusahaan MYOR Yuni Gunawan mengatakan, MYOR akan menganggarkan belanja modal alias capital expenditure (capex) sebesar US$ 75 juta pada tahun depan. Menurutnya, penambahan kapasitas tersebut dilakukan atas dasar utilisasi untuk masing-masing jenis produksi yang sudah mencapai hampir 70%.
Untuk mendorong pertumbuhan penjualan, MYOR berencana makin gencar memasarkan produk kopi bubuk dan instan ke luar negeri. Negara tujuan ekspornya seluruh benua, seperti Singapura, Malaysia, Arab Saudi, Portugal.
Penjualan ekspor MYOR sampai kuartal tiga 2018 tercatat sebesar 45% dari total revenue, atau kisaran Rp 7,83 triliun. Jumlah tersebut naik 29% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, Rp 6,03 triliun.
Hal yang senada juga dilakukan oleh produsen Kapal Api, PT Santos Jaya Abadi (SJA). Perusahaan menyiapkan transformasi bisnis, manajemen dan menjalankan strategi marketing tepat untuk menjadi market leader.
Managing Director, PT Santos Jaya Abadi Paulus I. Nugroho menjelaskan saat ini pihaknya merupakan pabrikan kopi yang punya brand di semua level. Dengan memiliki banyak brand tersebut pihaknya menerapkan strategi global untuk bisa mengkoneksikan konsumen lokal. "Dengan punya banyak brand kita bisa punya pasukan banyak untuk lawan kompetitor," jelasnya.
Sekadar informasi, Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) memproyeksikan produksi kopi tahun ini berkisar di 630.000 – 650.000 ton. Dari jumlah itu, ekspor kopi diperkirakan 400.000-an ton, sedangkan penggunaan domestik 200.000 ton baik untuk keperluan biji kopi, minuman sachet maupun kopi RTD.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News