kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Bisnis logistik tahun depan bisa tumbuh 14%


Jumat, 14 November 2014 / 10:50 WIB
Bisnis logistik tahun depan bisa tumbuh 14%
ILUSTRASI. Petugas memeriksa meteran jaringan gas rumah tangga pelanggan PGN. Perusahaan Gas Negara (PGAS) Bagi 70% Dividen, Cek Besarannya.


Reporter: Namira Daufina | Editor: Markus Sumartomjon

JAKARTA. Kalangan pebisnis logistik memandang positif rencana Presiden Joko Widodo merealisasikan tol laut. Dipastikan, langkah ini bisa mendongkrak potensi bisnis logistik di Tanah Air.

Budi Paryanto, Wakil Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres, Pos dan Logistik Indonesia (Asperindo) menghitung potensi logistik domestik tahun depan bisa tumbuh 14,7% atau setara  Rp 1.849 triliun. Salah satu penyebab adalah daya beli kelas menengah Indonesia yang makin gemuk. 

Tak heran, menurut Supphakit Roopsuwankun, Asisten General Manager Nippon Express (South Asia & Oceania) Pte Ltd, dari data ASEAN  Statistics Database, per 14 Juli 2014, total perdagangan di kawasan Asia Tenggara (Asean) mencapai US$ 608,63 juta. "Nilai perdagangan Indonesia sudah  US$ 369,18 juta," kata Supphakit, di acara seminar Asperindo, Kamis (13/11).

Nah, dari nilai perdagangan tersebut, kata Budi, sekitar 80% berasal dari poros perdagangan Jawa - Sumatera. Koneksi dua pulau utama di Indonesia inilah yang menjadi tulang punggung bisnis logistik Indonesia saat ini. Imbasnya, banyak pebisnis logistik yang memusatkan kegiatan di dua pulau ini.

Ketika potensi semakin tinggi bukan berarti operator logistik tidak menemukan kendala. Johari Zein, Managing Director PT Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) menilai ada empat persoalan utama bisnis logistik di Indonesia, yaitu infrastruktur, regulasi, teknologi dan sumber daya manusia (SDM).

Kurangnya pelabuhan, bandara, bahkan pesawat dan kapal kargo menjadi penghambat transportasi logistik. "Kita butuh 40 kapal - 50 kapal kargo kontainer," papar Budi.

Saat ini, perusahaan logistik domestik hanya mengandalkan kapal PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) atau kapal penumpang untuk distribusi. Begitu pula dengan kapasitas angkut pesawat yang saban hari cuma bisa menampung dua ton sampai tiga ton per hari. Padahal, saban hari secara total ada sekitar 1.100 ton barang per hari yang harus didistribusikan.

Nah, Budi berharap, rencana tol laut bisa mengurangi beban logistik saat ini. "Beban logistik bisa turun jadi 15%," kata dia yang bilang saat ini beban logistik Indonesia masih tinggi 35% dari negara di Asia Tenggara.

Tidak tertarik investor 

Alhasil, investor asing yang tertarik masuk ke bisnis logistik masih minim. Apalagi ada Undang Undang Nomor 38 tahun 2009 tentang Pos yang membatasi operasional perusahaan asing, selain sampai di pelabuhan atau bandara internasional saja. 

Jika berbicara regulasi, adanya UU No. 38/2009 tentang pos yang membatasi perusahaan asing dari wilayah operasional selain sampai di kota pelabuhan atau bandara internasional. Inilah yang membuat investor logistik asing berpikir ulang masuk ke Indonesia. Apalagi, investor asing tidak boleh memiliki saham tidak lebih dari 49% di perusahaan logistik dalam negeri.

Meski begitu, Asperindo mengaku siap bila ada investor asing yang masuk ke bisnis logistik. Termasuk bersaing dengan pemain logistik asing saat Masyarakat Ekonomi Asean berlaku tahun depan.

Namun, JNE bakal mengambil opsi terakhir untuk bermitra dengan investor asing. Soalnya, keberadaan investor asing, kata Johari, bisa memperlambat ekpansi bisnis JNE ke seluruh wilayah Indonesia.

Sedangkan Nippon Express  yang asal Jepang membuka pintu kerjasama dengan mitra lokal. Kini, perusahaan ini punya jasa pengiriman lewat truk untuk rute  Surabaya-Jakarta dan sebaliknya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×