kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45997,15   3,55   0.36%
  • EMAS1.199.000 0,50%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis Nikel Mentereng, Sejumlah Perusahaan Ini Mulai Masuk


Kamis, 08 Desember 2022 / 06:11 WIB
Bisnis Nikel Mentereng, Sejumlah Perusahaan Ini Mulai Masuk
ILUSTRASI. Sejumlah emiten mengakuisisi perusahaan di sektor komoditas nikel.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten mengakuisisi perusahaan di sektor komoditas nikel, baik yang memiliki konsesi tambang nikel maupun pabrik pengolahan (smelter) nikel.

PT United Tractors Tbk (UNTR) resmi merambah bisnis tambang nikel melalui perusahaan terkendalinya yakni PT Danusa Tambang Nusantara (DTN). United Tractors  mengambil alih dua perusahaan di sektor nikel, yakni PT Stargate Pacific Resources yang bergerak di bidang tambang mineral nikel dan PT Stargate Mineral Asia yang bergerak di bidang smelter nikel.

Nilai keseluruhan atas transaksi adalah US$ 271,82 juta atau setara dengan Rp 4,27 triliun.  Sekretaris Perusahaan UNTR Sara K. Loebis mengatakan, tujuan transaksi ini adalah untuk melakukan diversifikasi kegiatan usaha United Tractors melalui perusahaan terkendali, yakni Danusa Tambang, dengan mengembangkan usaha di sektor mineral nikel.

Baca Juga: Harga Masih Seksi, Emiten Nikel Bertaji

Sebelumnya, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) juga sudah merambah ke segmen nikel. Melalui anak usahanya yakni PT Batutua Tambang Abadi, MDKA mengakuisisi sebagian saham milik Hamparan Logistik Nusantara dengan nilai akuisisi Rp 5,36 triliun.

Hamparan Logistik tercatat memiliki aset-aset tambang nikel melalui sejumlah akuisisi. Hamparan Logistik  telah menyelesaikan akuisisi kepemilikan di PT J&P Indonesia dan PT Jcorps Industri Mineral dari PT JCorp Cahaya Semesta. Hamparan Logistik memiliki 95,3% saham di PT J&P Indonesia  dan 99,9% saham di PT Jcorps Industri Mineral

PT J&P Indonesia misalnya, mengendalikan 51% saham di PT Sulawesi Cahaya Mineral, yang memegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) untuk salah satu sumber daya nikel terbesar di dunia yang belum berkembang. Perusahaan ini juga memiliki saham minoritas di dua pabrik nikel Rotary Klin-Electric Furnace (RKEF) yang beroperasi, yaitu 49% di PT Cahaya Smelter Indonesia dan 28,4%  di PT Bukit Smelter Indonesia.

Baca Juga: Harga Nikel Diprediksi Akan Cenderung Volatile Tahun Depan, Ini Deretan Sentimennya

Sementara itu, PT Jcorps Industri Mineral memegang berbagai saham mayoritas di perusahaan-perusahaan yang memiliki IUP Batugamping dan proyek pembangkit listrik tenaga air. PT Jcorps Industri Mineral juga memegang saham minoritas, yaitu 32% saham dari Indonesia Konawe Industrial Park.

PT Harum Energy Tbk (HRUM) juga tercatat mendiversifikasi usahanya ke segmen nikel. HRUM terpantau beberapa kali mengakuisisi saham perusahaan nikel. Sejumlah perusahaan yang sahamnya diakuisisi sebagian oleh HRUM antara lain Nickel Mines Ltd (NIC) sebanyak 6,7%, PT Position sebanyak 51%, dan Infei Metal Industry (IMI) sebanyak 49,0%.

Emiten tambang batubara, PT Resource Alam Indonesia Tbk (KKGI) juga mendiversifikasi bisnisnya ke pertambangan nikel. Pada awal 2021 lalu, KKGI melakukan pengikatan jual beli saham perusahaan baru sebesar 70% saham pada PT Buton Mineral Indonesia (BMI) dan PT Bira Mineral Nusantara (BMN). Pembelian saham kedua perusahaan tersebut dilakukan dalam rangka persiapan KKGI berekspansi ke bisnis tambang nikel. Adapun Buton dan Bira merupakan perusahaan jasa kontraktor yang sudah mempunyai kontrak penambangan nikel dengan beberapa perusahaan pemegang izin konsesi di wilayah Sulawesi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×