Reporter: Aprillia Ika, Dessy Rosalina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Industri permainan kreatif sebenarnya menyangkut banyak hal. Mulai permainan edukatif yang merangsang kreativitas anak-anak usia pra sekolah, sampai game online untuk remaja dan dewasa. Segmen industri ini, di mata para pelakunya, sangat luas.
Namun pelaku industri mainan edukatif mulai mengeluh. Mereka mengeluhkan minimnya permodalan mereka dan pasar yang terus tergerus akibat hebatnya krisis global. Kondisi ini makin berat, karena pemerintah hanya sibuk mengampanyekan industri kreatif, namun tak pernah memberikan perhatian. "Pemerintah sibuk mengembangkan industri kulit dan sepatu. Sementara yang masih kecil seperti kami, kurang diperhatikan," ujar Dhanang Sasongko, Ketua Umum Asosiasi Penggiat Mainan Edukatif dan Tradisional Indonesia (APMETI).
Data APMETI menunjukkan, pada kuartal pertama 2009 lalu, volume ekspor mainan edukatif Indonesia turun sekitar 10% dibanding kuartal pertama 2008. Sementara permintaan pasar domestik, meskipun turun, namun penurunannya lebih kecil dari perkiraan para pengusaha. "Pembatasan impor produk mainan, membuat pasar kita secara nasional hanya turun 5% saja," kata Dhanang.
Danang yakin, penurunan bakal terkompensasi saat tahun ajaran baru. "Penjualan mainan edukatif bisa naik sampai 50%," ujar Dhanang. Maklum, tiap tahun ajaran baru, hampir setiap sekolah mengalokasikan dana untuk membeli mainan edukatif. Misal, sekolah untuk usia dini yang biasanya membutuhkan alat bantu untuk proses belajar mengajar siswa yang masih balita alias anak di bawah lima tahun.
Salah satu mainan edukatif yang banyak peminatnya adalah lego. Permainan asal Denmark ini memang cocok untuk merangsang kreativitas pelajar dan mahasiswa, khususnya untuk pelajaran teknik dan robotik. Asal tahu saja, lego adalah alat permainan berupa bongkahan plastik kecil. Bongkah-bongkah ini bisa disusun menjadi model apa saja, entah itu mobil, kereta api, bangunan, kota, patung, kapal, kapal terbang, pesawat luar angkasa, serta robot.
"Di beberapa sekolah dan universitas, permainan lego diagendakan sebagai salah satu alat pelajaran khusus," ujar Iman Sudjudi, salah satu pegiat Komunitas Lego Indonesia (KLI). Kata Iman, krisis tak memukul penjualan lego. Ia pun memprediksi bahwa jumlah peminat permainan lego bakal terus bertambah di tahun-tahun mendatang. Iman bilang, booming lego sebagai salah satu alat belajar dan juga hobi mulai 2007 silam. Salah satu pemicunya adalah gencarnya para anggota komunitas lego menggelar pameran serta lomba kreatif dengan menggandeng universitas dan sekolah. Saat ini, KLI yang berdiri sejak 2005 itu sudah mempunyai 600 anggota. Mereka, terdiri dari berbagai segmen usia dan pekerjaan.
Sayangnya, hoki di bisnis lego tak menular di bisnis game online, alat bantu belajar lainnya. Andi Suryanto, Presiden Direktur Lyto Datarindo Fortuna, pebisnis game online mengatakan, Lyto sudah merasakan dampak krisis global. Apalagi game hanyalah hiburan yang bukan merupakan kebutuhan pokok.
Dampak krisis nampak dari pertumbuhan 2008. Penjualan Lyto tahun lalu itu memang naik 30%. Tapi pertumbuhan itu lebih kecil dibanding periode-periode sebelumnya. Andi enggan mengatakan secara jelas penjualannya di 2007 dan rata-rata omzet tahunannya. Untuk mengerem penurunan di tahun ini, Andi pun agresif menjaring pelanggan. "Lyto dikenal luas masyarakat karena sering gathering. Jadi kami akan terus pertahankan lewat komunitas," ujar Andi. Konten baru game online juga menjadi trik ampuh. Lyto sendiri pada Februrari lalu baru mendapatkan lisensi untuk game terbarunya: Crazy Kart Online. Sekadar pengetahuan, Lyto adalah pemilik lisensi Ragnarok, game online terbesar di Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News