kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Masih Menantang pada Tahun Depan


Jumat, 28 Oktober 2022 / 18:55 WIB
Bisnis Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Masih Menantang pada Tahun Depan
ILUSTRASI. Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) masih menghadapi tantangan berat hingga saat ini di tengah ketidakpastian ekonomi. ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra/hp.


Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) masih menghadapi tantangan berat hingga saat ini di tengah ketidakpastian ekonomi.

Sebelumnya, industri TPT sempat dibuat cemas karena adanya pemutusan hubungan kerja (PHK) yang dialami pabrik tekstil Kahatex di Sumedang, Jawa Barat, sebanyak 900 karyawan. Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) juga pernah menyebut ada sekitar 43.000 karyawan industri TPT yang terkena PHK sejak pandemi Covid-19 muncul.

Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia Jemmy Kartiwa Sastraatmaja mengatakan, fenomena PHK yang terjadi di industri TPT dalam negeri tak lepas dari imbas pelemahan pasar TPT global. Ini mengingat negara seperti Amerika Serikat dan di kawasan Eropa mengalami perlambatan ekonomi sehingga permintaan ekspor ke sana ikut mengalami penurunan yang cukup dalam.

Baca Juga: Ekonomi Global Lesu, Permintaan Ekspor Industri TPT Turun

Di dalam negeri, kinerja sektor TPT juga mulai terjadi perlambatan. Selain akibat dari belum stabilnya daya beli masyarakat, juga karena membanjirnya produk impor ke pasar domestik.

“Hal ini berdampak pada terganggunya utilitas produksi industri TPT yang mengakibatkan pengurangan jam kerja karyawan dari yang awalnya 7 hari kerja dalam seminggu menjadi hanya 5 hari kerja saja,” ungkap Jemmy, Jumat (28/10).

API sendiri memperkirakan kinerja industri TPT pada tahun 2023 akan lebih lemah dibandingkan dengan kondisi sampai kuartal keempat tahun ini. Ancaman resesi global pun turut menghantui industri TPT di dalam negeri. “Jadi, kami harus menyiapkan diri untuk menghadapi tantangan tersebut,” kata dia.

Jemmy pun menilai, untuk saat ini para pelaku industri TPT hanya bisa berharap penghasilan yang lebih dari pasar domestik di tengah belum membaiknya permintaan ekspor. Oleh karena itu, pengusaha TPT membutuhkan bantuan pengawasan dan pengendalian impor berbagai produk TPT yang lebih ketat dari pemerintah.

Ketua Bidang Perdagangan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Benny Soetrisno menambahkan, prospek industri TPT nasional pada tahun depan bergantung pada beberapa faktor. Misalnya, seberapa mampu pasar dalam negeri menangkal masuknya produk-produk TPT ilegal dan selundupan.

Baca Juga: Industri Tekstil dan Garmen Melemah, APSyFI Minta Pemerintah Turun Tangan

“Meredanya inflasi di negara-negara tujuan ekspor juga akan menentukan nasib industri TPT Indonesia,” imbuh dia, Jumat (28/10).

Lantas, Apindo berharap pemerintah bisa memperkuat kebijakan dalam mencegah impor produk TPT ilegal, termasuk memberlakukan trade remedies atau perlindungan industri dalam negeri dari kerugian praktik perdagangan tidak sehat. Apindo juga berharap adanya kemudahan terkait kebijakan restrukturisasi bagi para pelaku industri TPT yang menghadapi persoalan finansial.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×