Reporter: Nadia Citra Surya |
JAKARTA. Menyusul terjadinya perubuhan 16 menara pemancar oleh Pemerintah Kabupaten Badung, Bali, sejumlah operator mulai mengeluhkan terjadinya blank spot di beberapa area layanan mereka.
Pasalnya di 16 menara tersebut tertambat total 88 base tranceiver station (BTS) milik 7 operator diantaranaya Indosat, telkomsel, Hutchison CP Telecom (Tri), Bakrie Telecom (Esia), dan Excelcomindo (XL).
Indosat sebagai salah satu korban perubuhan memutuskan untuk mengalihkan layanan sinyal lewat sejumlah base transeiver station (BTS) yang menaranya berada di sekitar lokasi blank spot.
"Kami cukup beruntung karena kebetulan ada kapasitas yang masih bisa dimanfaatkan walaupun kualitasnya tidak sebaik yang diharapkan," ujar Head Public Relation Indosat Tbk. Meski tidak bisa memastikan jumlah pelanggan di area tersebut, namun menurut Adita hal tersebut terpaksa dilakukan, agar pelanggan Indosat tetap dapat mendapatkan akses sinyal.
Sayangnya, PT Excelcomindo (XL) tidak seberuntung Indosat. Direktur Utama XL Hasnul Suhaimi pun mengungkapkan akibat adanya perubuhan menara tersebut, sejumlah area di Badung pun mengalami blank spot dan mengganggu trafik pelanggan.
Sementara itu Adita pun menegaskan bahwa Pemkab Badung tidak bisa memaksa operator yang telah memiliki BTS existing untuk beralih memakai tower sesuai kemauan Pemkab Badung. Menurutnya persoalan utama bukanlah soal sewa atau tarif yang dipatok PT Bali Towerindo. "Kalau soal harga relatif lah, persoalan utamanya lebih pada aspek teknis," cetus Adita.
Adita menilai bahwa secara teknis titik lokasi menara yang disiapkan Pemkab Badung belum tentu sesuai dengan kebutuhan sinyal masing-masing operator.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News