kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.443.000   13.000   0,91%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

Blok South Mahakam diresmikan


Jumat, 18 Januari 2013 / 12:24 WIB
Blok South Mahakam diresmikan
ILUSTRASI. All New Honda BR-V


Reporter: Dikky Setiawan | Editor: Edy Can

BALIKPAPAN. Produsen minyak dan gas (migas) asal Perancis, Total E&P Indonesie meresmikan lapangan migas South Mahakam di Kelurahan Senipah, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Peresmian dilakukan secara simbolik oleh Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak, Kepala Satuan Kerja Khusus (SKK) Migas Rudi Rubiandini, dan Presiden Direktur Total E&P Indonesie Elisabeth Proust, Kamis (17/1).

Peresmian Blok South Mahakam ini merupakan simbol telah berproduksinya lapangan gas tersebut sejak 25 Oktober 2012, lebih cepat dua bulan dari waktu yang dijadwalkan pada awal 2013. Elizabeth Proust, menyatakan, untuk kegiatan eksplorasi dan pengembangan lapangan South Mahakam tahap 1 dan 2 sejak 2010 lalu hingga sekarang Total E&P telah mengucurkan dana investasi US$830 juta.

Dana investasi itu untuk membangun sejumlah fasilitas produksi dua platform baru di Main Stupa dan West Stupa (lapangan Stupa) dan satu platform baru di East Mandu (lapangan East Mandu). Dan pengeboran 19 sumur migas. "Dari lapangan South Mahakam, kami berharap ada tambahan produksi gas sebesar 280 juta kaki kubik (mmscfd), tambahan produksi minyak 69.000 barel minyak per hari dan tambahan produksi kondensat sebesar 18.000 barel per hari pada akhir 2013. "Di awal produksi, dari dua sumur gas dianjungan main Stupa tercatat mencapai 100 mmscfd," kata  Elisabeth.

Dia mengklaim, bersama mitranya perusahaan migas asal Jepang, Inpex Corporation, Total E&P merupakan produsen migas terbesar di Tanah Air. Sejak beroperasi dari tahun 1974, menurut Elizabeth, pihaknya telah menggelontorkan dana Rp 830 triliun untuk negara.

Di tahun 2012 saja, kata dia, Total E&P telah menyetor ke kas negara Rp 67 trilliun. "Sebanyak 80% keuntungan diterima oleh negara. Artinya satu rupiah yang digunakan di Mahakam menghasilkan 3 rupiah untuk negara," kata dia.

Elisabeth menambahkan, tahun 2012, Total E&P telah menginvestasikan sebesar Rp 25 triliun untuk membangun berbagai fasilitas produksi. Di antarnya, investasi modal baru dalam bentuk platforms, pipa dan 106 sumur.

Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak menyambut postif peresmian lapangan migas Total South Mahakam, yang ditandai dengan keberhasilan produksi gas dari lapangan tersebut. Menurut Awang, Total E&P Indonesie telah berkontribusi besar terhadap penerimaan devisa bagi Negara dan pertumbuhan ekonomi secara nasional. "Menurut saya, seluruh staf karyawan Total E&P layak mendapat gelar Pahlawan dengan tanda jasa karena kontribusinya dalam kegiatan eksplorasi migas yang menyumbang penerimaan negara," katanya.

Namun Awang melemparkan kritik, terutama minimnya penghasilan daerah Kaltim dari bagi hasil ekpslorasi migas. "Bagi hasil ke daerah belum seimbang. Saya menginginkan bagi hasil mencapai 50%. Itu baru adil," tegasnya.

Awang menyatakan kesiapan daerahnya untuk terlibat dalam pengelolaan Blok Mahakam, di Kutai Kartanegara. "Kita sudah cukup lama belajar. Lima puluh tahun lalu sejak penguasaan oleh Total, menurut saya sudah sangat cukup untuk menegaskan bahwa kita sesungguhnya sudah sangat siap terlibat dalam pengelolaan blok migas ini," imbuh Awang.

Sebelumnya, Kepala Satuan Kerja Khusus Migas, Rudi Rubiandini, menyatakan, kontribusi industri migas, khususnya Total E&P sangat besar manfaatnya bagi negara maupun daerah penghasil. Pemasukan dari produksi minyak dan gas, kata Rudi, berkontribusi bagi 35% di APBN.

"Pemasukan migas itu 62% masuk kas negara tanpa menggunakan modal. Sedangkan pendapatan yang diperoleh kontaraktor hanya 10-11%," ujarnya. Rudi menambahkan, sejatinya pemerintah berkeinginan daerah penghasil migas bisa mendapatkan bagi hasil hingga mencapai 30%.

Namun, angka sebesar itu menurut Awang Farouk masih belum mencerminkan keadilan.  "Mengapa Aceh dan Papua bisa mendapat DBH 70%, sementara Kaltim tidak bisa dan hanya mendapat 15%. Dimana keadilan pusat?" tanya Awang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Distribution Planning (SCMDP) Supply Chain Management Principles (SCMP)

[X]
×