kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bos Lippo John Riady Sebut Keberadaan Dokter Spesial Masih Terpusat di Kota Besar


Senin, 17 Oktober 2022 / 12:51 WIB
Bos Lippo John Riady Sebut Keberadaan Dokter Spesial Masih Terpusat di Kota Besar
Presiden Komisaris PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO) John Riady


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Minimnya jumlah dokter spesialis di berbagai rumah sakit di Indonesia, mendorong masyarakat untuk berobat ke luar negeri, sehingga devisa hampir US$ 6 miliar per tahun atau hampir Rp 100 triliun dinikmati negara lain.

Presiden Komisaris PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO) John Riady mengatakan, secara kualitas dokter-dokter spesialis di Indonesia tidak kalah  dan banyak yang melampaui koleganya di luar negeri karena terbiasa menghadapi persoalan kesehatan yang lebih kompleks dan berat di dalam negeri.

“Hanya saja, keberadaan dokter-dokter spesialis masih berpusat di Jakarta. Semakin jauh dari kota besar, kualitas dan jumlah dokter semakin berkurang,” kata John dalam keterangannya, Senin (17/10/2022).

Ia juga mendukung kekhawatiran Presiden Joko Widodo (Jokowi) atas fenomena banyaknya masyarakat berobat ke luar negeri hingga menghabiskan dana US$ 6 miliar per tahun.

Baca Juga: Siloam International (SILO) Kembangkan Jaringan RS dengan Model Managed Services

Presiden Jokowi mengungkapkan, masyarakat kelas atas itu cenderung berobat ke luar negeri,  seperti Singapura, Malaysia, dan Jepang karena  kurang mengapresiasi keberadaan rumah sakit dan layanan kesehatan di dalam negeri.

“Karena masyarakat memandang di dalam negeri, entah rumah sakitnya, entah tenaga kesehatan, dan alat kesehatannya belum siap atau lebih baik berobat ke luar daripada  di dalam negeri,” ujarnya.

John mengungkapkan, saat ini jumlah dokter hanya sekitar 81.011 orang, dengan persebaran terbanyak di Pulau Jawa, terutama Jabodetabek. Rasio itu hanya mencapai 0,3 per 1.000 orang. 

“Lemahnya industri kesehatan di Indonesia, justru telah menguntungkan negara-negara tetangga yang memiliki industri jasa kesehatan lebih maju. Persoalannya, dari sisi suplai layanan kesehatan secara nasional dinilai sangat kurang, terutama dari segi kuantitas, Indonesia hanya memiliki rasio ranjang 1,33 per 1.000 orang,” tambahnya.

Baca Juga: Siloam (SILO) Meraup Laba Bersih Rp 212,9 Miliar pada Semester I 2022

Padahal, sektor kesehatan merupakan salah satu tulang punggung pemasukan ekonomi nasional. Apalagi, terdapat kebutuhan yang meningkat seiring antisipasi merebaknya wabah di masa depan maupun pertumbuhan pendapatan masyarakat.

Indonesia memiliki pasar yang besar untuk industri kesehatan, sementara itu sekitar 600.000 masyarakat Indonesia pergi keluar negeri.




TERBARU

[X]
×